Tidak hanya musik dan games, Surabaya Urban Culture Festival (SUCF) 2018 juga akan diisi dengan penampilan Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) dari Sekolah Khusus Putra Harapan, mulai dari penampilan seni hingga penampilan akademis.
“Penampilannya mulai dari membacakan surat-surat pendek Al-Quran, (penampilan, red) kedua menari, ketiga menggambar, empatnya berhitung matematika, mereka akan perform dalam satu panggung sekali penampilan,” kata Rosita, pengurus Parent Support Group Putra Harapan, komunitas wali murid ABK yang terdiri dari anak authism, down syndrom, dan slow lerner atau (tuna grahita), Kamis (26/4/2018).
Menurutnya, tujuan penampilan ini adalah untuk menunjukkan bahwa para ABK tidak hanya bisa unjuk gigi di bidang seni saja, tetapi juga memiliki potensi di bidang akademik.
“Sebetulnya ada beberapa orang yang memandang penampilan ini biasa saja, tapi untuk ABK ini merupakan penampilan yang luar biasa. Misalkan seperti menghafal, berhitung, jadi kita tidak hanya menunjukkan seni, biasanya ABK kan cuma penampilan seni, tapi kalau kita enggak, kita ada berhitungnya juga,” kata Rosita.
Pada hari sabtu nanti (28/4/2018), para ABK Putra Harapan yang akan tampil yaitu satu anak penyandang autis menghafal surat pendek Al-Quran, satu penyandang autis yang lain menunjukkan bakat berhitung, dan enam penyandang down syndrom menari dan menggambar. Kedelapan ABK yang berusia 5-17 tahun itu akan unjuk bakat di SUCF 2018, tepatnya di Jalan Tunjungan Surabaya sekitar pukul 16.00-17.00 WIB.
Penampilan ini didukung penuh oleh Parent Support Group (PGS), komunitas yang berbagai informasi mengenai ABK. Beberapa kegiatan rutin yang dilakukan antara lain parenting tentang ABK dan saling berbagi metode untuk sistem pengajaran dan pendampingan terhadap ABK.
“Komunitas (PGS, red) adalah kelompok untuk saling mengenal informasi dan edukasi dan memberi dukungan moril kepada sesama orang tua, karena ABK itu memiliki daya tangkap yang berbeda dengan anak reguler jadi perlu perhatian khusus dari para orang tua,” tutupnya. (tna/rst)