Jumat, 22 November 2024

Grand Syekh Al-Azhar Serukan Antimonopoli Kebenaran

Laporan oleh Jose Asmanu
Bagikan
Ahmad Muhammad Ahmad ath-Thayyeb Grand Syekh Al-Azhar. Foto: Jose suarasurabaya.net

Ahmad Muhammad Ahmad ath-Thayyeb Grand Syekh Al-Azhar
mengimbau kepada umat Islam untuk tidak mengklaim diri sebagai pihak yang paling benar sembari menganggap pasti salah kelompok-kelompok di luar dirinya.

Monopoli kebenaran bukanlah tindakan yang tepat. Islam melarang penganutnya untuk memvonis kafir sesama kelompok ahli qiblat (sesama umat Islam).

“Tidak boleh mengatakan “hanya saya yang paling benar, sementara yang lain tidak”,” katanya saat berkunjung ke kantor Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Jakarta, Rabu (2/5/2018) malam.

Grand Syekh Al-Azhar disambut hangat KH Said Aqil Siroj Ketua Umum PBNU. Di hadapan ratusan hadirin, keduanya berdiskusi di bawah tema “Islam Nusantara untuk Perdamaian Dunia.”

Syekh ath-Thayyeb menekankan kaum Muslimin untuk fokus pada titik persamaan ketimbang perbedaan di kalangan umat Islam, baik kelompok sufi, Wahabi, Ahlussunnah, Syiah, dan lainnya.

Pemimpin tertinggi Al-Azhar ini juga menyampaikan bahwa Nabi Muhammad datang sebagai rahmat untuk semua, bukan terbatas untuk umat Islam.

Islam Nusantara yang digagas NU layak dinadikan refrensi untuk meredam paham radikalisme dan terorismya.

Menjawab pertanyaan tentang konflik di negara negara Islam, seperti di Yaman, Suriah, Irak, Lebanon Grand Syekh Al-Azhar mengatakan, yang suka melibatkan diri dan memicu konflik dengan mengatasnamakan Islam atau agama pertanda mereka belum paham hidup berdampingan dengan rukun dan damai, saling menghormati adalah ajaran Islam.

Sebab itu Al-Azhar akan mengajak NU membangun peradaban Islam yang baik, Islam yang rahmatan lil alamin.

Sebelumnya KH Said Aqil Siroj menjelaskan profil singkat Nahdlatul Ulama. Ia mengenalkan pula kepada Syekh ath-Thayyeb tentang Islam Nusantara sebagai Islam yang menjunjung tinggi moderatisme (wasathiyah).

“Islam Nusantara bukan mazhab baru, melainkan karakter khas keberislaman di bumi Nusantara yang ramah terhadap budaya, harmoni dengan kebinekaan,” jelasnya.

Grand Syekh Al-Azhar mengaku kedatangannya di Indonesia adalah bagian dari agenda memperkuat Islam moderat. Serta untuk menghadiri pertemuan High Level Consultation of World Muslim Scholars on Wasatiyyat Islam (HLC-WMS) di Istana Kepresidenan Bogor yang dimulai Selasa 1 Mei 2018.

Ia optimis ini merupakan langkah awal bagi perdamaian dunia secara umum. (jos/dwi)

Berita Terkait

Surabaya
Jumat, 22 November 2024
28o
Kurs