Berbagai elemen masyarakat di Surabaya menyatakan perlawanan terhadap terorisme. Mereka mengekspresikan perlawanan ini dengan berbagai cara. Salah satunya dengan spanduk, poster, bahkan billboard (papan iklan ukuran besar).
Sebuah billboard ukuran besar berbunyi: Teroris Jancuuk!!! terlihat di pojok pertigaan Jalan Panjang Jiwo-Jalan Kedung Baruk-Jalan Raya Kali Rungkut.
Jancuk adalah ekspresi khas Arek Suroboyo yang dalam konteks tertentu tidak berarti jorok. Beberapa budayawan seperti Emha Ainun Najib dan Sujiwo Tedjo pernah mengulas mengenai hal ini.
Ungkapan ini dinyatakan oleh banyak orang di Surabaya, bahkan oleh beberapa orang yang hidup dalam budaya yang sama di Jawa Timur untuk mengekspresikan berbagai hal. Salah satunya kekesalan atas sesuatu.
Di billboard ini juga tertulis logo Persatuan Perusahaan Periklanan Indonesia (P3I) Jawa Timur diikuti tulisan berukuran lebih kecil, “Turut Berduka Cita Atas Korban Terorisme di Gereja Surabaya.”
H.R. Eko Suhariyadi Ketua I P3I Jatim membenarkan hal ini. Menurutnya billboard tersebut murni inisatif P3I merespons peristiwa memilukan peledakan bom bunuh diri di tiga gereja di Surabaya dan Mapolrestabes Surabaya.
Meski terletak di pojok, tapi tulisan di billboard itu sangat mencolok dan berhasil menarik perhatian pengendara yang melintas di pertigaan jalan ini. Beberapa pengendara sepeda motor yang berboncengan tampak bercakap-cakap setelah menunjuk-tunjuk baliho tersebut.
“Ini murni inisatif P3I. Selama ini P3I ini dianggap billboard tok, ngotor-ngotori Kota. Nah dengan billboard ini kami ingin menunjukkan bahwa kami turut bersimpati terhadap korban dan mengutuk pelaku,” katanya kepada suarasurabaya.net, Rabu (16/5/2018).
Menurut Eko, billboard itu baru berdiri kemarin, Selasa (15/5/2018) bersamaan dengan billboard di Jalan Kayun yang berbunyi: Suroboyo Wani!!!
P3I berencana memasang beberapa billboard lain dengan substansi yang sama di beberapa titik di Surabaya dan luar Surabaya untuk menunjukkan simpati dan bela sungkawa terhadap korban aksi terorisme.
“Kami juga sudah memasang di Malang. Nanti kami berencana memasang di puluhan titik lain di Surabaya,” ujarnya.
Selain baliho besar ini, masyarakat Kota Surabaya juga memasang spanduk-spanduk yang secara substansi sama pascaperistiwa peledakan bom di tiga gereja.
Misalnya seperti yang terlihat di pagar pembatas jembatan perempatan Jalan Manyar di dekat Taman Flora. Spanduk-spanduk itu bertulisan cukup provokatif mengutuk para pelaku pengeboman bunuh diri yang kerap disebut teroris.
Kusnan Ketua Komunitas Arek Suroboyo mengakui, komunitasnya-lah, bersama warga Surabaya lainnya, yang memasang berbagai spanduk perlawanan terhadap teroris.
“Sudah beberapa hari lalu kami pasang, setelah terjadinya peledakan di gereja-gereja di Kota Surabaya dan juga di Mapolrestabes Surabaya,” kata Kusnan, Rabu (16/5/2018).
Kusnan mengklaim, pemasangan spanduk itu sudah masif dilakukan oleh warga Surabaya sejak beberapa hari lalu.
Kusnan mewakili komunitasnya menyatakan dukungan terhadap kepolisian untuk memerangi terorisme baik di Surabaya maupun di Indonesia.
“Tidak usaha hiraukan HAM dan sebagainya. Teroris sudah meresahkan dan membuat gaduh Kota Surabaya. Polisi tidak usah khawatir menembak mati teroris,” kata Kusnan.
Ekspresi kekesalan Kusnan ini dia lampiaskan dengan alasan dampak yang ditimbulkan aksi peledakan bom bunuh diri di tiga gereja di Surabaya dan di gerbang Mapolrestabes Surabaya yang sangat merugikan.
Menurutnya, orang-orang tidak bersalah turut menjadi korban. Padahal Surabaya ini merupakan kota yang sangat prural. Masyarakatnya sangat menghargai perbedaan.
Kusnan berharap Kota Surabaya tetap aman dan damai. Karena itu dia kembali menegaskan, “kami dan masyarakat Surabaya mendukung penuh Kepolisian untuk menumpas habis terorisme.” (den/dwi/rst)