
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) kembali menuntut pertanggungjawaban Israel yang mengaku telah melakukan serangan 19 Maret 2025 dan menewaskan seorang staf PBB dan melukai setidaknya lima lainnya di Jalur Gaza, Palestina.
“Pihak berwenang Israel telah menyampaikan kepada kami kesimpulan penyelidikan mereka, dan kami menerimanya,” kata Stephane Dujarric Juru Bicara PBB Kamis waktu setempat.
Dujarric mengatakan bahwa para pejabat Israel menunjukkan lebih banyak “kerja sama dan transparansi” sejak awal serangannya di wilayah Palestina padat penduduk itu.
Namun, Dujarric menyatakan bahwa pengakuan saja tidak cukup.
“Yang jelas bagi kami adalah harus ada pertanggungjawaban. bukan hanya untuk insiden ini, tetapi juga untuk semua kejadian lain di mana kami melihat rekan-rekan PBB kami terbunuh di Gaza atau sarana dan prasarana PBB diserang,” katanya, dilansir dari Antara yang dikutip dari Anadolu, Jumat (25/4/2025).
“Kami meminta semua pihak agar sepenuhnya mematuhi hukum kemanusiaan internasional, dan itu bagi kami, tentu saja, meliputi perlindungan terhadap warga sipil tetapi juga perlindungan terhadap staf PBB dan kemanusiaan,” tambahnya.
Dujarric menegaskan bahwa bom Israel yang telah menghantam rumah tamu PBB, yang lokasinya diketahui oleh IDF (militer Israel).
“Kami tahu di mana kami berdiri, yang perlu kami lihat adalah pertanggungjawaban,” imbuhnya.
Dujarric menyinggung blokade bantuan kemanusiaan oleh Israel dengan mengutip Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA) saat ia memperingatkan krisis kemanusiaan yang semakin dalam di Gaza.
“Blokade total terhadap bantuan kemanusiaan dan persediaan barang lain yang sekarang mendekati hampir dua bulan telah menyebabkan penipisan stok kebutuhan seperti pangan segar dan tenda … anak -anak kelaparan. Pasien tidak diobati, orang sekarat. Sudah waktunya untuk segera menepis blokade,” katanya.
Dujarric juga mengatakan bahwa harga pangan naik tajam antara 29 persen hingga 14.100 persen di atas tingkat harga sebelum gencatan senjata. Barang-barang kebutuhan pokok seperti produk susu, telur, buah, dan daging pun kini tak lagi tersedia.
“Rata -rata, pada bulan April, harga naik 50 persen, melebihi level Maret. Gudang hampir kehabisan pasokan,” katanya.
Kondisi tersebut, kata dia, membuat mitra penampungan darurat di Gaza tidak dapat memberikan lebih dari sekadar apa yang sebenarnya dibutuhkan orang untuk bertahan hidup.(ant/ris/iss)