Jumat, 25 April 2025

Peneliti Temukan Jejak Bakteri Usus sebagai Pemicu Lonjakan Kanker Kolorektal di Usia Muda

Laporan oleh Billy Patoppoi
Bagikan
Ilustrasi dokter memegang anatomi usus. Foto: istockphoto

Angka kasus kanker kolorektal terus meningkat secara global, dengan lonjakan yang mengkhawatirkan terjadi pada orang dewasa muda di bawah usia 50 tahun.

Kini, para peneliti menduga bahwa penyebab tersembunyi dari lonjakan ini bisa jadi adalah paparan awal terhadap racun dari bakteri usus yang umum ditemukan.

Melansir Medical Daily, dalam studi terbaru yang dipublikasikan di jurnal Nature, para ilmuwan menemukan bahwa paparan masa kecil terhadap colibactin, racun yang dihasilkan oleh strain tertentu dari bakteri E. coli dapat merusak DNA dan meningkatkan risiko kanker usus besar sebelum usia 50 tahun.

Melalui analisis genom skala besar terhadap 981 kasus kanker kolorektal di 11 negara, para peneliti mengidentifikasi pola mutasi DNA spesifik yang disebabkan oleh colibactin.

Menariknya, pola mutasi ini tiga kali lebih sering ditemukan pada pasien di bawah usia 40 tahun dibandingkan dengan mereka yang berusia di atas 70 tahun.

Tak hanya itu, jejak genetik tersebut juga lebih umum dijumpai di negara-negara dengan tingkat kanker kolorektal usia muda yang tinggi, yang memperkuat dugaan adanya hubungan antara paparan bakteri dan peningkatan kasus kanker pada kelompok usia muda.

“Pola mutasi ini bisa dianggap sebagai catatan sejarah dalam genom, dan ini mengarah pada paparan colibactin sejak usia dini sebagai pendorong utama kanker usia muda,” ujar Ludmil Alexandrov penulis senior studi tersebut dalam siaran pers, Jumat (25/4/2025).

“Jika seseorang mengalami mutasi ini saat masih berusia 10 tahun, mereka bisa saja mengalami percepatan puluhan tahun dalam perkembangan kanker kolorektal—mengalaminya di usia 40, bukan 60,” tambahnya.

Sebelumnya, riset dari tim yang sama sudah mengaitkan colibactin dengan sekitar 10–15 persen dari seluruh kasus kanker kolorektal, namun belum membedakan antara pasien muda dan tua.

“Awalnya, kami tidak berencana fokus pada kanker kolorektal usia muda. Tujuan awal kami adalah mempelajari pola global kanker kolorektal untuk memahami mengapa beberapa negara memiliki tingkat kasus yang jauh lebih tinggi,” kata penulis pertama studi, Marcos Díaz-Gay.

“Namun saat kami mendalami data, salah satu temuan paling mencolok adalah betapa seringnya mutasi yang terkait colibactin muncul pada kasus usia muda.”

Saat ini, para peneliti sedang mengeksplorasi cara-cara inovatif untuk menerjemahkan temuan ini menjadi alat deteksi dini dan pencegahan. Salah satu ide yang menjanjikan adalah tes tinja untuk mendeteksi penanda terkait colibactin, yang dapat membantu mengidentifikasi individu dengan risiko tinggi terkena kanker kolorektal usia muda.

Mereka juga tengah meneliti kemungkinan terapi probiotik untuk menyeimbangkan kembali mikrobioma usus anak-anak sebagai langkah pencegahan jangka panjang.(dra/bil/ipg)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Avanza Terbalik Usai Tabrak 2 Mobil Parkir

Mobil Terbakar Habis di KM 750 Tol Sidoarjo arah Waru

Kecelakaan Dua Truk di KM 751.400 Tol Sidoarjo arah Waru

BMW Tabrak Tiga Motor, Dua Tewas

Surabaya
Jumat, 25 April 2025
30o
Kurs