Selasa, 22 April 2025

TKA Bentuk Perbaikan dari Kurikulum Merdeka, Termasuk Dukung Tes Masuk Perguruan Tinggi

Laporan oleh Risky Pratama
Bagikan
Ilustrasi. Ujian Nasional. Foto: Dok. suarasurabaya.net

Tes Kemampuan Akademik (TKA) sebagai pengganti Ujian Nasional (UN) akan diadakan oleh Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) untuk tingkat SMA pada November 2025 dan SD-SMP pada 2026 mendatang.

Doni Koesoema Pengamat Pendidikan sekaligus Dewan Pengarah Aliansi Penyelenggara Pendidikan Indonesia (APPI) mengatakan, penyelenggaraan TKA punya potensi bagus untuk memperbaiki kurikulum Merdeka Belajar di masa pemerintahan sebelumnya.

“TKA ini untuk memperbaiki apa yang kurang di dalam masa Mas Nadiem ketika meluncurkan kurikulum Merdeka Belajar,” katanya ketika on air dalam program Wawasan Radio Suara Surabaya, pada Selasa (22/4/2025).

Doni menjelaskan, dalam kurikulum merdeka, siswa-siswi SMA menjalani tes potensi skolastik untuk masuk perguruan tinggi yang terdiri dari mata pelajaran matematika, penalaran bahasa, bahasa Inggris, serta berpikir kritis.

Menurutnya, kebijakan tersebut belum bisa membedakan siswa yang pintar atau menguasai pelajaran dengan penjurusan tertentu, sehingga hadirnya TKA menjadi bentuk perbaikan.

“Yang jadi maslaah di kurikulum meredeka, untuk seleksi masuk ke perguruan tinggi, termasuk rumpun keilmuan dihapuskan, sehingga tidak masuk akal di dalam sistem pendidikan, anak-anak belajar memilih materi penjurusan perguruan tinggi, tapi materi sesuai rumpunnya tidak diujikan masuk ke perguruan tinggi, melainkan hanya pakai tes potensi skolastik,” jelasnya.

Dengan hadirnya TKA, ia mengtakan bahwa ujian akhir yang juga mengujikan mata pelajaran pilihan akan kembali dilakukan, dan kemampuan siswa sesuai dengan minat dapat diketahui, sekaligus bermanfaat untuk masuk ke perguruan tinggi.

Pihaknya menyambut baik TKA, karena dengan ujian peminatan itu, perguruan tinggi juga bisa untuk mendapat calon mahasiswa baru yang beprestasi sesuai bidangnya. Sehingga, jurusan kuliah seperti kedokteran, teknik industri, hingga pertanian, akan mendapat camaba yang pernah ujian dengan mata pelajaran yang dipilih.

“Konsep ini tepat, karena kalau masuk perguruan tinggi mengandalkan kalau tes potensi skolastik, kan tidak bisa,” ucapnya.

Sementara soal nilai rapot yang rencananya tidak digunakan dalam jalur prestasi masuk perguruan tinggi, dan akan menggunakan hasil ujian TKA, pihaknya mengatakan bahwa langkah tersebut merupakan bagian dari upaya mendapatkan hasil tes yang lebih objektif.

“TKA bukan penilaian rapot. Rapot di sekolah. TKA diukur oleh lembaga mandiri, profesional, untuk melanjutkan ke pendidikan selanjutnya,” ucapnya.

“Jadi kalau sekolah B tapi pandai kan tidak fair. Jadi, TKA diharapkan bisa jadi jalannya,” imbuhnya.

Dalam pelaksanaan TKA sendiri, siswa tidak diwajibkan untuk ikut ujian. Namun, TKA bermanfaat untuk masuk ke perguruan tinggi. Dalam hal ini berbeda dengan UN yang dulu diwajibkan.

Ia mengtakan bahwa mata pelajaran yang akan diujikan dalam TKA, saat ini masih belum resmi, namun kemungkingan hanya tiga, yakni Bahasa Indonesia, Matematika, dan pelajaran pilihan.

“Itu sebenarnya yang harus dipersiapkan, jadi tidak perlu khawatir,” pungkasnya.(ris/iss)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Avanza Terbalik Usai Tabrak 2 Mobil Parkir

Mobil Terbakar Habis di KM 750 Tol Sidoarjo arah Waru

Kecelakaan Dua Truk di KM 751.400 Tol Sidoarjo arah Waru

BMW Tabrak Tiga Motor, Dua Tewas

Surabaya
Selasa, 22 April 2025
26o
Kurs