
Dalam halalbihalal dan reuni yang digelar Suara Surabaya Media, Sabtu (19/4/2025), Hermawan salah satu penyiar legendaris di Radio SS mengungkapkan asal-usul sapaan “Kawan”, hingga kini menjadi identitas media.
Pria yang akrab disapa Wawan itu menerangkan bahwa asal-usul sapaan “Kawan” muncul dan dipakai setelah crew Suara Surabaya mendapatkan pelatihan dari beberapa ahli media, di awal kemunculan.
“Saat itu founding father kami, Pak Toyo (Sutoyo Sukomiharjo) dan Mas Errol (Errol Jonathans), adalah orang yang dangat concern dalam pengembangan sumber daya manusia (SDM),” terang Wawan saat onair di Radio Suara Surabaya.
Wawan mengatakan, crew SS yang masih tergolong baru, diberi pembekalan dan pelatihan. Termasuk cara menyapa pendengar, yang harus memiliki pembeda dengan radio lainnya.
“Dulu, kami ikut-ikutan memanggil ‘Pemirsa’ seperti televisi. Ternyata sebutan itu nggak bisa dipakai untuk radio. Akhirnya kami mendapat penjelasan mengenai betapa pentingnya identitas sebuah radio dan diputuskan untuk memakai ‘Kawan’ sebagai sebutan pendengar,” ungkapnya.
Tidak hanya itu, asal-usul sebutan “Kawan”, ternyata juga hampir dilarang digunakan pada tahun itu.
“Tahun 80-an, sebutan ‘Kawan’ identik dengan hal-hal yang sensitif. Pernah ada satu waktu di mana mas Toyo, diinterogasi oleh pelaksana khusus, terkait sebutan ‘Kawan’,” kenang Judy Djoko Wahyono Tjahjo, yang akrab disapa Bung Joko.
Bung Joko melanjutkan, pada saat itu sebutan “Kawan” tetap dipertahankan karena tidak ada kaitannya dengan kecurigaan-kecurigaan yang disampaikan pelaksana khusus itu.
“Mas Toyo diinterogasi berkali-kali, tapi dia tetap bertahan dan bilang kalau sebutan ‘kawan’ merujuk pada kamus Bahasa Indonesia. Kalau memang nggak boleh, hapus saja kata ‘Kawan’ dari kamus Bahasa Indonesia,” jelasnya.
Akhirnya, lanjut Wawan, sejak tahun 1984 sampai sekarang, “Kawan” menjadi sapaan pendengar Suara Surabaya.(kir/iss)