Kamis, 17 April 2025

Pakar Minta Mendikdasmen Kaji Ulang Rencana Pengembalian Jurusan IPA-IPS di SMA

Laporan oleh Risky Pratama
Bagikan
Tuti Budirahayu Sosiolog Pendidikan Universitas Airlangga (Unair). Foto: Unair

Abdul Mu’ti Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) akan mengembalikan sistem penjurusan IPA, IPS dan Bahasa di tingkat SMA mulai tahun ajaran 2025/2026.

Tuti Budirahayu Sosiolog Pendidikan Universitas Airlangga (Unair) meminta Mendikdasmen mengkaji ulang soal rencana pengembalian jurusan di tingkat SMA tersebut.

“Pemerintah itu mbok ya mengkaji dulu. Kebijakan yang kemarin itu kan sudah diluncurkan yang menghapus IPA IPS, itu dijalankan dulu, kemudian perlahan-lahan dievaluasi,” katanya saat dihubungi suarasurabaya.net Selasa (15/4/2025).

Seharusnya, kata dia, Mendikdasmen mempelajari terlebih dahulu sistem yang sudah berjalan saat ini, paling tidak sampai satu angkatan dari kelas 1, 2 dan 3 SMA, dan melihat bagaimana benefit dan dampaknya terhadap pendidikan di Indonesia. Sehingga, ada evaluasi yang menyeluruh dalam perjalanannya.

“Tidak kemudian tiba-tiba dikembalikan lagi, jadi yang bingung itu banyak orang,” ucap Guru Besar Departemen Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Airlangga (Unair) tersebut.

Dalam keterangan Mendikdasmen yang menyatakan bahwa pengembalian jurusan di tingkat SMA dimaksudkan untuk menunjang pelaksanaan Tes Kemampuan Akademik (TKA) agar murid lebih siap dalam menempuh pendidikan di perguruan tinggi, menurutnya, Mendikdasmen bisa merespons dengan konsultasi terlebih dahulu, tidak tiba-tiba mengganti kebijakan yang baru dibuat tahun lalu.

“Sependek yang saya tahu, soal-soal untuk masuk ke perguruan tinggi itu juga tidak didasarkan lagi atas IPA, IPS, dan lain-lain, tapi pakai sistem high-order thinking skill,” katanya.

“Jadi, soal-soalnya itu dibuat sedemikian rupa yang bisa dikerjakan oleh siswa SMA, mau IPA atau IPS, karena soal-soalnya itu tergantung pilihannya, ada mata ujian yang ada memang jurusan ilmu-ilmu eksakta, ilmu sosial, atau campuran,” jelasnya.

Sistem yang sudah berjalan itu, menurutnya bisa dikaji secara menyeluruh, bagaimana kemampuan kognitif siswa hingga kemampuan minat bakat, kemudian baru disesuaikan dengan kurikulum yang ada.

Karena menurutnya, sistem tanpa penjurusan juga bukan menghapus secara keseluruhan IPA, IPS dan Bahasa. Melainkan, memberi kesempatan lebih luas kepada murid untuk mendalami bidang yang diminati.

Selain itu, sistem tanpa penjurusan juga bisa menghilangkan stigma bahwa murid IPA cenderung dipandang lebih unggul dibandingkan dengan IPS dan Bahasa.

“Kalau mengembalikan IPA, IPS dan Bahasa ya mengotak-kotakan di situ lagi, stigma itu,” tandasnya.

Seperti diketahui, kebijakan Mendikdasmen untuk mengembalikan sistem penjurusan di SMA itu, akan menggantikan sistem fleksibel Kurikulum Merdeka yang telah dijalani dari tahun ajaran 2024/2025. (ris/saf/ipg)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

BMW Tabrak Tiga Motor, Dua Tewas

Motor Tabrak Belakang Suroboyo Bus

Kebakaran Tempat Laundry di Simo Tambaan

Kecelakaan Mobil Listrik Masuk ke Sungai

Surabaya
Kamis, 17 April 2025
25o
Kurs