Minggu, 13 April 2025

Taiwan dan AS Gelar Pembicaraan Tarif Pertama, Bahas Bea Masuk 32 Persen

Laporan oleh Muhammad Syafaruddin
Bagikan
Ilustrasi - Kontainer dan derek terlihat di Pelabuhan Keelung, Taiwan pada 3 April 2025. Foto: Reuters

Taiwan dan Amerika Serikat menggelar pembicaraan resmi pertama mereka soal tarif perdagangan pada hari Jumat (11/4/2025), menurut pernyataan pemerintah Taiwan pada Sabtu (12/4/2025).

Langkah ini menjadi sinyal bahwa kedua negara ingin mempererat hubungan ekonomi meskipun tanpa hubungan diplomatik resmi.

Dalam pertemuan yang dilakukan lewat konferensi video, pejabat Taiwan dan AS membahas sejumlah isu penting, termasuk tarif timbal balik, hambatan non-tarif, serta kebijakan ekspor.

Taiwan secara khusus menyoroti bea masuk sebesar 32 persen yang dikenakan pada produknya, menyebut tarif tersebut tidak adil.

Sebagai respons, Taiwan telah mengajukan proposal ke AS yang mencakup penghapusan tarif (tarif nol), serta komitmen untuk meningkatkan pembelian dan investasi di Negeri Paman Sam.

“Pembicaraan ini menjadi langkah awal yang penting. Kedua pihak sepakat untuk melanjutkan konsultasi dalam waktu dekat, guna membangun hubungan ekonomi dan perdagangan yang lebih kuat dan stabil,” ujar Kantor Negosiasi Perdagangan Taiwan dilansir dari Reuters.

Sementara itu, Kantor Perwakilan Dagang AS belum memberikan komentar, karena pertemuan berlangsung di luar jam kerja Washington.

Pembicaraan ini berlangsung di tengah situasi global yang dinamis. Presiden AS saat itu, Donald Trump, baru-baru ini menyatakan akan menurunkan sementara tarif tinggi yang dikenakan pada berbagai negara, sambil terus menekan China.

Taiwan, yang merupakan rumah bagi produsen chip terbesar di dunia seperti TSMC, sudah lama ingin menjalin kesepakatan perdagangan bebas dengan AS. Meski tidak memiliki hubungan diplomatik formal, AS tetap menjadi mitra dagang dan pemasok senjata terpenting bagi Taiwan.

Tekanan dari China juga menjadi latar belakang penting dalam isu ini. Beijing menganggap Taiwan sebagai bagian dari wilayahnya. Namun pemerintah Taiwan menolak klaim tersebut, dan menegaskan bahwa masa depan Taiwan hanya bisa ditentukan oleh rakyatnya sendiri. (saf/iss)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Motor Tabrak Belakang Suroboyo Bus

Kebakaran Tempat Laundry di Simo Tambaan

Kecelakaan Mobil Listrik Masuk ke Sungai

Awan Lentikulari di Penanggungan Mojokerto

Surabaya
Minggu, 13 April 2025
25o
Kurs