
Indeks saham Asia merosot pada awal perdagangan Senin (7/4/2025), menyusul babak baru perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China.
Anjloknya pasar terjadi setelah Donald Trump Presiden AS mengumumkan kebijakan tarif impor terbaru, Rabu (2/4/2025) lalu.
Meski demikian, Presiden AS saat ditanya wartawan di Gedung Putih soal hal ini menyatakan kalau dirinya sebetulnya tidak ingin ada yang jatuh.
“Saya tidak ingin ada yang turun. Tapi kadang-kadang Anda harus minum obat untuk memperbaiki sesuatu,” ujar Trump, dikutip dari Antara pada Senin.
Trump sebelumnya mengumumkan penerapan tarif “timbal balik” terhadap impor dari negara-negara lain. Tarif dasar ditetapkan sebesar 10 persen, namun besarannya akan disesuaikan—menjadi setengah dari tarif yang dikenakan oleh negara mitra dagang kepada barang-barang dari AS.
Indonesia sendiri dikenai tarif 32 persen atas kebijakan Trump itu untuk setiap barang dari Tanah Air yang masuk ke Negeri Paman SAM.
Sementara Scott Bessent Menteri Keuangan AS menjelaskan bahwa tarif baru terhadap impor dari China merupakan tambahan dari kebijakan sebelumnya, sehingga total beban tarif kini mencapai 54 persen.
Sebagai balasan, Dewan Negara China menetapkan tarif tambahan sebesar 34 persen untuk seluruh barang asal AS, yang mulai berlaku pada 10 April.
Wang Yi Menteri Luar Negeri China, dalam wawancara dengan RIA Novosti, menyebut kenaikan tarif oleh AS sebagai langkah yang tidak berdasar dan merusak tatanan pasar global. Ia menegaskan, kebijakan tersebut bukan solusi bagi masalah ekonomi AS.
“Langkah ini tidak akan menyelesaikan masalah mereka, tetapi justru akan menyebabkan kerusakan serius pada pasar global, tatanan perdagangan, dan juga reputasi Amerika Serikat itu sendiri,” tegas Wang.
Ia juga memperingatkan bahwa jika tekanan ekonomi dari AS tidak dihentikan, Beijing akan memberikan respons yang “paling tegas.” (ant/nis/bil/ipg)