Selasa, 8 April 2025

Indeks Saham Asia Anjlok, Investor Khawatirkan Resesi dan Antisipasi Pemangkasan Suku Bunga AS

Laporan oleh Billy Patoppoi
Bagikan
Ilustrasi. Saham turun. Foto: suarasurabaya.net

Indeks saham utama di Asia dibuka anjlok pada, Senin (7/4/2025), setelah para pejabat Gedung Putih tidak menunjukkan tanda-tanda mundur dari rencana tarif besar-besaran mereka. Investor pun bertaruh bahwa meningkatnya risiko resesi bisa mendorong pemangkasan suku bunga acuan Amerika Serikat (AS) secepatnya pada Mei.

Pasar berjangka bergerak cepat memproyeksikan hampir lima kali pemangkasan suku bunga sebesar seperempat poin oleh The Fed, bank sentral AS sepanjang tahun ini. Hal itu menyeret turun imbal hasil obligasi AS (treasury) secara tajam dan menekan dolar AS.

Melansir laporan Reuters, aksi jual besar-besaran dipicu oleh pernyataan Donald Trump Presiden AS yang mengatakan kepada wartawan bahwa investor harus menerima “obat pahit”, dan dia tidak akan melakukan kesepakatan dengan China hingga defisit perdagangan AS terselesaikan. Di sisi lain, Beijing menyatakan bahwa pasar telah memberi reaksi atas rencana balasan mereka.

“Satu-satunya pemutus arus sebenarnya adalah iPhone milik Trump Presiden, dan sejauh ini ia belum menunjukkan tanda bahwa aksi jual pasar membuatnya cukup terganggu untuk mempertimbangkan kembali kebijakan yang sudah ia yakini selama puluhan tahun,” kata Sean Callow, analis FX senior di ITC Markets, Sydney..

Investor sebelumnya berharap kerugian triliunan dolar di pasar dan dampak besar terhadap ekonomi akan membuat Trump mengubah pendiriannya. Namun, belum ada tanda-tanda ke arah itu.

“Skala dan dampak kebijakan perdagangan AS, jika terus berlanjut, bisa cukup untuk mengakhiri ekspansi ekonomi AS dan global yang saat ini masih sehat dan mendorong ke arah resesi,” kata Bruce Kasman, Kepala Ekonom di JPMorgan, yang memperkirakan risiko resesi sebesar 60 persen atas kebijakan Trump.

“Kami masih memperkirakan pemangkasan pertama oleh The Fed pada Juni. Namun kini kami memperkirakan pemangkasan akan dilakukan di setiap pertemuan hingga Januari, yang akan menurunkan kisaran suku bunga acuan menjadi 3,0 persen,” tambahnya.

Pasar Saham Terpukul di Seluruh Dunia
Futures S&P 500 turun 3,1 persen dalam perdagangan volatil, sementara futures Nasdaq anjlok 4,0 persen, menambah kerugian hampir US$6 triliun yang terjadi pekan lalu. Sementara bursa Eropa juga terseret. Futures EUROSTOXX 50 turun 3,0 persen, FTSE anjlok 2,7 persen, dan DAX turun 3,5 persen.

Di Asia, indeks Nikkei Jepang turun enam persen, menjadikan yang terendah sejak akhir 2023. Indeks Korea Selatan jatuh lima persen. Indeks MSCI Asia Pasifik (di luar Jepang) merosot 3,6 persen.

Saham unggulan China (CSI300) turun 4,4 persen seiring pasar menunggu kemungkinan stimulus tambahan dari Beijing. Sementara itu, indeks utama Taiwan, yang tutup pada Kamis dan Jumat lalu, ambruk hampir 10 persen, mendorong otoritas pasar memberlakukan pembatasan penjualan jangka pendek (short selling).

Harga Minyak dan Dolar AS Tertekan
Prospek pertumbuhan global yang makin suram juga membuat harga minyak tertekan. Brent turun US$1,35 ke level US$64,23 per barel, sementara minyak mentah AS turun US$1,395 ke US$60,60 per barel.

Permintaan terhadap aset aman mendorong imbal hasil obligasi AS bertenor 10 tahun turun 8 basis poin ke 3,916 persen. Kontrak berjangka Fed Fund juga melonjak, mencerminkan ekspektasi pemangkasan suku bunga tambahan dari The Fed tahun ini.

Pasar kini memperkirakan kemungkinan 56 persen bahwa pemangkasan suku bunga bisa terjadi secepatnya pada Mei, meskipun Jerome Powell Ketua The Fed pada Jumat lalu mengatakan bank sentral belum terburu-buru dalam mengambil keputusan.

Sikap dovish ini membuat dolar turun 0,4 persen terhadap yen Jepang ke 146,26. Dolar juga melemah 0,6 persen terhadap franc Swiss, sementara euro bertahan di US$1,0961. Dolar Australia, yang sensitif terhadap perdagangan, melemah 0,4 persen.

Tarif Dorong Inflasi dan Tekan Laba Perusahaan
Investor memperkirakan bahwa ancaman resesi yang akan datang akan lebih besar dari potensi inflasi akibat tarif. Data inflasi AS yang dirilis pekan ini diperkirakan menunjukkan kenaikan 0,3 persen pada Maret. Tetapi analis memperkirakan tarif akan segera mendorong kenaikan harga lebih tajam untuk berbagai kebutuhan, mulai dari makanan hingga mobil.

Biaya yang meningkat juga akan menekan margin laba perusahaan, tepat saat musim laporan keuangan kuartalan dimulai dengan sejumlah bank besar dijadwalkan melapor pada Jumat. Sekitar 87 persen perusahaan di AS akan melaporkan kinerja mereka antara 11 April hingga 9 Mei.

“Kami memperkirakan dalam laporan kinerja mendatang, lebih sedikit perusahaan dari biasanya yang akan memberikan panduan kinerja kuartal II maupun sepanjang tahun 2025,” tulis analis Goldman Sachs dalam catatan risetnya.

“Peningkatan tarif akan memaksa banyak perusahaan menaikkan harga atau menerima penurunan margin laba. Kami memperkirakan revisi negatif terhadap estimasi margin laba dalam kuartal-kuartal mendatang.”

Bahkan emas pun ikut tertekan, turun 0,3 persen ke US$3.026 per ons. Para pelaku pasar berspekulasi bahwa investor mulai mengambil keuntungan dari emas untuk menutup kerugian dan margin call dari aset lain, dalam situasi yang berpotensi memicu aksi jual yang saling memicu. (bil/ham)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Motor Tabrak Belakang Suroboyo Bus

Kebakaran Tempat Laundry di Simo Tambaan

Kecelakaan Mobil Listrik Masuk ke Sungai

Awan Lentikulari di Penanggungan Mojokerto

Surabaya
Selasa, 8 April 2025
27o
Kurs