Selasa, 18 Maret 2025

Surplus Dagang Perkuat Kepercayaan terhadap Ekonomi Indonesia

Laporan oleh Ika Suryani Syarief
Bagikan
Kondisi lapangan penumpukan PT Terminal Petikemas Surabaya. Foto: PT TPS

Mohammad Faisal Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia menilai surplus neraca perdagangan barang Indonesia mampu meredam sentimen negatif terhadap kondisi perekonomian Indonesia.

Hal ini menyusul Badan Pusat Statistik (BPS) yang mencatat neraca perdagangan Indonesia pada Februari 2025 terjadi surplus sebesar 3,12 miliar dolar AS, melanjutkan surplus pada Januari 2025 sebesar 3,49 miliar dolar AS.

“Jadi kalau dilihat dari efeknya terhadap kepercayaan para investor, pelaku bisnis pasar keuangan, ini bisa menjadi salah satu yang paling tidak meredam berbagai sentimen negatif terhadap kondisi ekonomi Indonesia,” kata Faisal di Jakarta, Selasa (18/3/2025), dilansir Antara.

“(Seperti) Macro economy yang selama ini dilihat dari tingkat inflasi, mengalami deflasi, pelemahan Rupiah, ini memang cukup mengkhawatirkan, dan belum juga dari beberapa move kebijakan sejak pertama kali pergantian pemerintah pada akhir tahun lalu. Jadi paling tidak ini bisa meredam,” ujarnya menambahkan.

Adapun surplus pada Februari 2025 lebih ditopang oleh surplus pada komoditas nonmigas sebesar 4,84 miliar dolar AS, yang terdiri dari lemak dan minyak nabati, bahan bakar mineral, serta besi dan baja.

Sementara, nilai impor Indonesia mencapai 18,86 miliar dolar AS pada Februari 2025, naik 5,18 persen dibandingkan Januari 2025.

“Kalau dilihat dari penyebab surplusnya ada dua hal, yaitu ekspornya meningkat, walaupun impornya juga meningkat lebih tajam, tapi overall masih cukup surplus,” kata Faisal.

Lebih lanjut, Faisal mengatakan momentum surplus dagang ini perlu dipertahankan agar mampu menopang ketahanan ekonomi Indonesia lebih lanjut.

“Ini satu-satunya yang saya pikir bisa mempertahankan pertumbuhan ekonomi kita. Walaupun mungkin tidak sampai 5 persen tahun ini, tapi paling tidak masih dalam level yang tidak terlalu jauh mengalami perlambatannya,” ujar Faisal.

Ia menilai, ke depannya Indonesia dari sisi perdagangan masih relatif terus mengalami surplus, walaupun biasanya ada sedikit perbedaan di bulan Ramadhan dan momen Hari Raya Idulfitri.

“Ada anomali biasanya di bulan selama Ramadan-Lebaran, tapi itu karena lebih ke waktu musiman, setelah itu biasanya mengalami normalisasi kembali, tapi secara umum mengalami surplus,” kata Faisal. (ant/dra/iss)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Motor Tabrak Belakang Suroboyo Bus

Kebakaran Tempat Laundry di Simo Tambaan

Kecelakaan Mobil Listrik Masuk ke Sungai

Awan Lentikulari di Penanggungan Mojokerto

Surabaya
Selasa, 18 Maret 2025
27o
Kurs