
Dinas Pendidikan (Dindik) Provinsi Jatim mendatangi rumah murid yang putus sekolah di jenjang SMK.
Salah satu murid yang mendapat kunjungan Dindik Jatim, yakni Zaskia Aditya Mecta yang terpaksa putus sekolah karena kondisi ekonomi dan berkas belum lengkap di sekolah SMK.
“Kunjungan untuk menyampaikan langsung bantuan dari ibu Gubernur Jawa Timur agar ananda dapat melanjutkan pendidikan di SMK,” katanya, Senin (10/3/2025).
Aries menceritakan bahwa Zaskia seharusnya saat ini duduk di bangku kelas XI, tapi karena persoalan ekonomi, akhirnya tidak melanjutkan sekolah.
Zaskia dan keluarga, saat ini juga pindah ke Surabaya dari Pacitan, untuk perbaikan ekonomi.
Dengan kondisi tersebut, Dindik Jatim memberikan bantuan kepada Zaskia untuk tetap bisa mengenyam pendidikan.
“Pendidikan adalah hak setiap anak, dan sudah menjadi tugas kita untuk tidak membiarkan mereka putus sekolah karena masalah ekonomi. Segera kita akan carikan sekolah dan nanti seluruhnya dibiayai oleh ibu Khofifah Gubernur,” ujarnya.
Ia memastikan, bahwa pemerintah provinsi akan membantu murid yang kesulitan tersebut, hingga lulus sekolah.
Pihaknya juga mendorong murid tersebut, agar semangat dalam menggapai prestasi, sehingga memiliki kesempatan untuk masuk ke perguruan tinggi negeri melalui jalur prestasi.
“Kami akan bantu semua prosesnya agar adik ini bisa kembali bersekolah. Jangan pernah menyerah, teruslah belajar dan berprestasi. Saya yakin, dengan kerja keras dan semangat belajar tinggi, adik bisa meraih cita-cita,” pesan Aries.
Selain Zaskia, ia memastikan akan terus menelusuri anak-anak Jatim yang putus sekolah di tingkat SMA/SMK, untuk memberi bantuan dan motivasi kepada mereka yang putus sekolah, agar lanjut sampai lulus.
Kunjungan Kadindik Jatim ini merupakan wujud nyata komitmen Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur dalam memberikan akses pendidikan yang merata bagi seluruh anak di Jawa Timur.
“Semoga ini dapat menjadi inspirasi bagi semua pihak untuk peduli terhadap anak-anak yang membutuhkan bantuan, sehingga tidak ada lagi anak yang putus sekolah karena alasan ekonomi,” pungkasnya. (ris/saf/ipg)