Selasa, 4 Maret 2025

Kenali dan Cegah AMS serta Hipotermia Saat Mendaki Gunung

Laporan oleh Meilita Elaine
Bagikan
Ilustrasi. Foto: hswstatic.com

Para pendaki disarankan mewaspadai gangguan kesehatan yang disebut Acute Mountain Sickness (AMS) dan hipotermia saat mendaki gunung tinggi menyusul meninggalnya dua perempuan pendaki Carstensz Pyramid atau Puncak Jaya di Papua Tengah pada Sabtu (1/3/2025).

Dr. Faisal Parlindungan Sp.PD dokter spesialis penyakit dalam dari Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI) menyampaikan bahwa keduanya sama-sama bisa berbahaya jika tidak segera ditangani dengan baik.

“Keduanya bisa berbahaya jika tidak ditangani dengan baik, terutama dalam kondisi ekstrem di gunung,” kata dokter lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia pada Senin (3/3/2025), dilansir Antara.

Menurut dia, AMS terjadi akibat kekurangan oksigen di daerah ketinggian, biasanya di ketinggian di atas 2.500 meter.

“Tubuh tidak terbiasa dengan kadar oksigen rendah, sehingga muncul gejala seperti sakit kepala dan mual. Kondisi ini disebut juga sebagai altitude sickness,” katanya.

Gejala utamanya sakit kepala, mual, muntah, kehilangan nafsu makan, lemas dan kelelahan, susah tidur, serta pusing atau rasa melayang.

Menurut dia, orang yang mengalami gejala AMS sebaiknya turun dari ketinggian, beristirahat, menghindari aktivitas fisik berlebihan, minum banyak air, dan menghindari minuman beralkohol.

pencegahan bisa dilakukan dengan cara, para pendaki melakukan aklimatisasi, mencukupkan asupan cairan, dan naik secara bertahap selama pendakian.

Sedangkan kondisi hipotermia, ia mengatakan, terjadi karena penurunan suhu tubuh akibat paparan dingin dalam waktu lama.

“Hipotermia terjadi akibat paparan suhu dingin dalam waktu lama, menyebabkan suhu tubuh turun di bawah 35 derajat Celsius,” katanya.

Akibatnya tubuh menggigil hebat, kulit pucat dan dingin, bicara kacau, kebingungan, tidak responsif, serta denyut jantung dan pernapasan melambat.

Orang dengan gejala hipotermia harus dipindahkan ke tempat yang lebih hangat serta dihangatkan.

“Beri pakaian hangat atau selimut, minum cairan hangat dan berkalori tinggi, serta hindari pemanasan mendadak,” katanya.

Pencegahannya bisa dengan menggunakan pakaian hangat berlapis saat melakukan pendakian.

“Hindari kondisi basah atau angin kencang,” katanya. (ant/dra/lta)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Kebakaran Tempat Laundry di Simo Tambaan

Kecelakaan Mobil Listrik Masuk ke Sungai

Awan Lentikulari di Penanggungan Mojokerto

Evakuasi Babi yang Berada di Tol Waru

Surabaya
Selasa, 4 Maret 2025
30o
Kurs