Sabtu, 23 November 2024

UAS, Mahasiswa Perkapalan ITS Wajib Kenakan Busana Adat

Laporan oleh J. Totok Sumarno
Bagikan
Setelah presentasi mahasiswa wajib menjawab pertanyaan ujian, dengan tetap mengenakan pakaian adat. Foto: Humas ITS Surabaya

Pelaksanaan ujian akhir semester (UAS) di Departemen Teknik Sistem Perkapalan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya, Kamis (7/6/2018), pada ujian mata kuliah Desain 4 bagi mahasiswa semester akhir Teknik Sistem Perkapalan (Siskal) mewajibkan peserta kenakan busana adat daerah dari seluruh Indonesia.

Dr Eng M Badrus Zaman ST MT., Kepala Departemen Teknik Sistem Perkapalan ITS, menjelaskan, tujuan pertama mewajibkan busana daerah Indonesia adalah melatih mahasiswa menerima keberagaman dan bermental Bhinneka Tunggal Ika.

Kedua, nantinya saat mahasiswa lulus dan terjun secara langsung ke masyarakat diharapkan bisa lebih memahami Indonesia secara utuh dan memahami keberagaman yang ada di masyarakat.

“Negara kita membutuhkan generasi-generasi yang siap menjunjung tinggi Bhinneka Tunggal Ika, sehingga diharapkan pakaian daerah yang mereka kenakan ini mereka lebih mencintai tanah air dan menyumbangkan karya mereka kepada Indonesia,” terang Badrus Zaman.

Kewajiban mengenakan kostum tematik saat ujian ini merupakan tradisi yang sudah lama berjalan di Departemen Teknik Sistem Perkapalan ITS. Dimulai sejak tahun 2003 dan hingga saat ini masih terus dipertahankan.

Bahkan, sebelumnya peserta ujian juga pernah diwajibkan mengenakan kostum superhero untuk memperingati Hari Pahlawan. “Kami sesuaikan untuk tema pakaiannya dan kebetulan kali ini bertepatan dengan momen Hari Lahir Pancasila, dan kami pilih tema kebhinekaan,” tambah Badrus.

Badrus menambahkan di Siskal ini terdapat empat mata kuliah bidang desain kapal. Ujian Desain 4 merupakan ujian final bagi para mahasiswa semester akhir di departemen ini.

“Bobot ujian Desain 4 ini sama seperti Tugas Akhir (TA), sehingga diharapkan nanti mahasiswa memahami seluruh sistem yang ada di kapal,” kata Badrus.

Badrus menambahkan, ujian dengan sistem presentasi itu mengujikan sistem pelumasan, sistem perpipaan, sistem kelistrikan, navigasi dan sistem pendingin yang ada di dalam sebuah kapal.

Luarannya adalah mahasiswa dapat mengetahui dan memahami bagaimana merancang sistem dalam sebuah kapal.

Untuk tahun ini, ujian diadakan secara berkelompok atau tim. Sebanyak 80 mahasiswa dibagi menjadi dua, sehingga satu tim terdiri dari dua orang.

“Kalau nanti didunia kerja, mereka sudah terbiasa dengan team work dan dapat membangun dengan baik, demi suatu tujuan atau target. Ini sangat penting dilaksanakan saat ini,” ujar Badrus.

Tiap kelompok menghadap seorang dosen penguji dan mempresentasikan desain sistem perkapalan rancangan mereka. Bagi mahasiswa program Double Degree, harus mempresentasikan rancangannya dalam bahasa Inggris.

Busana adat yang mereka kenakan sangat bervariasi, ada yang mengenakan pakaian adat Betawi, Dayak, Jawa Timur-an, Madura, Makassar dan bahkan juga ada yang mengenakan Kencongan pakaian adat Yogyakarta yang biasanya dikenakan oleh anak-anak.

Sementara itu, disampaikan Rohmatus Shifa mahasiswi semester enam Siskal mengaku awalnya sedikit kerepotan saat mengenakan busana adat Jawa ini.

Namun, dengan berbalut kebaya modern ungu dan mengenakan bawahan kain serta jilbab yang selaras, ia malah merasa lebih nyaman dengan suasana ujian yang terkesan tidak terlalu formal seperti ini.

“Biasanya kan tegang kalau ujian, tapi dengan berpakaian seperti ini kita bisa lebih menjiwai dan lebih santai,” papar Rohmatus Shifa mahasiswi asal Mojokerto.

Begitu pula dengan Unzila, mahasiswi asal Makassar yang mengaku bangga bisa mengenakan busana adat daerahnya sendiri. “Dengan mengenakan busana adat Makassar ini saya bisa menunjukkan keindahan busana daerah saya,” pungkas Unzila.(tok/rst)

Berita Terkait

Surabaya
Sabtu, 23 November 2024
26o
Kurs