Sabtu, 1 Maret 2025

Rupiah Terus Melemah dalam Sepekan, Jumat Kemarin di Angka Rp16.596 per Dolar AS

Laporan oleh Billy Patoppoi
Bagikan
Ilustrasi - Teller memegang mata uang Dolar AS dan Rupiah di sebuah tempat penukaran uang di Jakarta. Foto: Antara

Nilai tukar rupiah terus melemah dalam sepekan terakhir di tengah dinamika perekonomian global dan domestik, sejak Senin (24/2/2025) awal pekan lalu.

Bahkan, jelang sesi penutupan pada Jumat (28/2/2025) kemarin, nilai rupiah ambruk 0,86 persen di angka Rp16.596 per dolar AS dari sehari sebelumnya Rp16.454 per dolar AS. Ini menjadikannya rekor terburuk sejak krisis ekonomi 1998.

Berdasarkan data dari Bloomberg, rupiah jatuh ke level Rp16.563,5 per dolar AS, turun 109,5 poin atau sekitar 0,67 persen dibanding penutupan hari sebelumnya yang ada di Rp16.454 per dolar AS.

Rully Nova analis bank di Jakarta menilai, pelemahan nilai tukar (kurs) rupiah dipengaruhi tambahan kebijakan tarif Donald Trump Presiden Amerika Serikat (AS) terhadap China yang akan efektif pada 4 Maret 2025.

“Rupiah (Jumat) diperkirakan masih akan melemah di kisaran Rp16.500 – Rp16.600 dipengaruhi oleh indeks dolar yang naik akibat kebijakan tarif Trump Presiden  kepada China yang akan efektif 4 Maret,” ujarnya seperti dilansir Antara, Jumat (28/2/2025).

Trump disebut akan membebankan China tambahan tarif 10 persen setelah sempat menerapkan kebijakan tersebut ke Negeri Tirai Bambu pada bulan Februari 2025 sebesar 10 persen.

Adapun kondisi domestik, yield obligasi pemerintah terus meningkat dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami pelemahan yang sangat dalam.

Sementara itu, menurut pantauan Bank Indonesia (BI), transaksi rupiah Jumat kemarin ditutup di angka Rp16.513 per dolar AS. Setelah sehari sebelumnya ditutup di angka Rp16.468 per Dolar AS.

Transaksi kurs rupiah berdasarkan laman Bank Indonesia periode 24-28 Februari 2025. Foto: Tangkapan Layar

 

 

rupiah pada penutupan perdagangan hari Jumat di Jakarta melemah hingga 142 poin atau 0,86 persen menjadi Rp16.596 per dolar AS dari sebelumnya Rp16.454 per dolar AS.

Menurut Rully, BI sudah stand by di pasar sepanjang hari untuk menjaga kurs rupiah. Di sisi lain, dia menilai pemerintah seharusnya menginstruksikan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) untuk melakukan buy back saham agar pasar saham lebih stabil.

“Walaupun tidak berpengaruh signifikan terhadap rupiah, tapi setidaknya bisa membuat pasar tenang,” ungkap dia.

Belanja pemerintah juga harus diprioritaskan pada sektor-sektor yang berdampak langsung terhadap daya beli masyarakat, seperti sektor padat modal. Dia juga menganggap kebijakan efisiensi anggaran perlu ditunda untuk menjaga nilai tukar rupiah yang melemah signifikan.

“Dalam jangka pendek, (pelemahan rupiah) sangat dipengaruhi oleh kebijakan tarif Presiden Trump, tapi dalam jangka menengah dan panjang dapat menjaga momentum pertumbuhan ekonomi dan penguatan rupiah,” ungkap Rully. (ant/bil/faz)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Kebakaran Tempat Laundry di Simo Tambaan

Kecelakaan Mobil Listrik Masuk ke Sungai

Awan Lentikulari di Penanggungan Mojokerto

Evakuasi Babi yang Berada di Tol Waru

Surabaya
Sabtu, 1 Maret 2025
27o
Kurs