Sabtu, 1 Maret 2025

Pemerintah dan Platform Digital Diminta Aktif Literasi Orang Tua Agar AI Aman untuk Anak

Laporan oleh Muhammad Syafaruddin
Bagikan
Ilustrasi kecerdasan buatan (AI). Foto: Freepik

Pemerintah hingga penyedia platform digital diminta aktif meliterasi orang tua di Indonesia untuk menciptakan pemanfaatan Artificial Intelligence (AI) yang aman bagi anak-anak.

Sebab dewasa ini ada banyak penyimpangan yang menargetkan anak-anak dengan menyalahgunakan AI dan berujung merugikan dan hal itu dapat terjadi karena kurangnya pendampingan orang tua pada anak.

“Orang tua harus tahu persis kalau semua penyimpangan yang melibatkan AI pada anak-anak mengandalkan pada penyalahgunaan data,” kata Firman Kurniawan Pengamat Budaya dan Komunikasi Digital dari Universitas Indonesia.

“Sayangnya, banyak orang tua belum memahami keamanan data. Di sinilah peran pemerintah, platform, dan lembaga terkait untuk memberikan penyuluhan yang sistematis,” sambungnya dilansir dari Antara pada Jumat (28/2/2025) malam.

Membahas beberapa contoh penyalahgunaan AI yang akhirnya membahayakan anak-anak karena penyalahgunaan data, Firman mengambil rujukan dari artikel yang dipublikasikan pada 2025 oleh lembaga nirlaba asal AS bernama Child Rescue Coalition bertajuk “The Dark Side of AI: Risks to Children”.

Mulai dari AI-Generated Child Sexual Abuse Material (CSAM) hingga AI- Driven Online Grooming, dua kejahatan siber ini dapat terjadi karena kelalaian orang tua yang tidak mendampingi anak untuk menjaga datanya di ruang digital.

CSAM secara sederhana menjadi alat pemerasan kepada anak di ruang digital dengan menggunakan algoritma AI untuk kemudian membuat foto atau video menargetkan wajah korban yang berakhir menjadi materi pelecehan seksual sekaligus pemerasan.

Lalu AI-Driven Online Grooming, kejahatan ini adalah child grooming yang mengandalkan algoritma AI untuk mengenali korbannya memanfaatkan data korban dari ruang digital dan akhirnya digunakan menjadi bahan manipulasi. Korban menjadi rentan memenuhi bujukan dan niat jahat pelaku.

Maka dari itu, melihat potensi bahaya AI terhadap anak yang sudah ada dan mungkin terus berkembang, Firman menyebutkan diperlukan literasi digital yang menargetkan orang tua untuk memahami pentingnya keamanan siber dan pemanfaatan AI sebagai bekal melindungi buah hati di ruang digital.

“Sebenarnya sama dengan melindungi anak bergaul di dunia nyata kan, orang tua tetap harus ambil andil, memastikan pola komunikasinya seperti apa dengan sekitarnya, nah itu orang tua harus terlibat. Nah ini juga sama di media sosial dan internet yang menyediakan pintu-pintu serupa,” katanya. (ant/saf/iss)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Kebakaran Tempat Laundry di Simo Tambaan

Kecelakaan Mobil Listrik Masuk ke Sungai

Awan Lentikulari di Penanggungan Mojokerto

Evakuasi Babi yang Berada di Tol Waru

Surabaya
Sabtu, 1 Maret 2025
31o
Kurs