
Para legenda Persebaya Surabaya hingga ratusan Bonek hadir untuk mengantarkan Bejo Sugiantoro di TPU Geluran, Sidoarjo pada Rabu (26/2/2025).
Uston Nawawi mantan pemain yang saat ini menjadi asisten pelatih Persebaya, mengenang sosok Bejo sebagai figur pekerja keras dan disiplin. Berposisi sebagai libero pada masanya, Bejo dikenal sebagai petarung di lapangan hijau.
“Coach Bejo itu orangnya disiplin. Baik sebagai pemain atau jadi pelatih, apalagi dia pemain belakang ya, tahu sendiri dia nggak mau kalah. Orangnya kan cukup fight kalau bermain dengan segala kelebihannya. Kami tahu jika dia favoritnya Herry Kiswanto dulu,” ujarnya.
Mantan Gelandang Persebaya itu mengungkapkan, momen paling mengenang bersama Bejo adalah saat membawa Bajul Ijo juara kompetisi kasta tertinggi pada musim 1996-1997 dan 2004.
Selain itu, Uston dan Bejo juga sama-sama berangkat dari level junior klub, kemudian menimba ilmu sebagai pelatih sepak bola, hingga menjadi asisten pelatih di Persebaya.
Selain Uston Nawawi, ada Mat Halil yang menjadi partner Bejo dalam menjaga lini belakang Persebaya. Halil mengungkapkan kelihaian rekannya itu dalam mengoles bakat anak muda.
Mat Halil menuturkan, ia mengenal sosok Bejo sebagai leader yang akan maju paling depan membela rekan setimnya di lapangan maupun membela hak para pemain.
Selain itu, Bejo sangat berdidikasi dalam membimbing pemain-pemain muda untuk menjadi profesional.
“Bejo sangat bisa ngemong (mengasuh) anak-anak muda yang barusan muncul. Sosok kapten yang bisa memperjuangkan hak-hak teman,” kata Mat Halil ditemui di pemakaman.
Ada satu kalimat yang diingat Mat Halil saat membantu Bejo di sebuah akademi di Surabaya, yakni jangan memilih pemain atas dasar uang atau titipan orang dalam.
“Pilihlah sesuai dengan kehendak kita pilih yang terbaik, jangan ada titipan,” pesan Bejo kepada Halil. (wld/saf/ipg)