
Jepang dikenal sebagai negara pelopor teknologi, terutama di bidang robotika, elektronik, dan industri otomotif. Namun, di tengah modernisasi yang pesat, tradisi tetap hidup. Saat berkunjung ke Sensoji, kuil Buddha kuno di Asakusa, Tokyo, Saya melihat bagaimana masyarakat Jepang masih menjalankan ritual meramal nasib.
Sensoji merupakan kuil tertua di Tokyo. Di dalam kompleksnya, terdapat sebuah bangunan kayu kecil yang selalu dipadati warga lokal dan wisatawan asing. Bangunan ini dihiasi tirai warna-warni dengan tulisan Mikuji, yang merujuk pada tradisi peramalan Jepang.
Untuk mendapatkan omikuji, pengunjung cukup membayar 100 yen, lalu mengambil wadah kaleng berisi batang kayu kecil. Sambil berdoa, mereka menggoyangkan kaleng hingga salah satu batang kayu keluar melalui lubang di atasnya. Huruf kanji yang tertera di batang kayu kemudian dicocokkan dengan laci berisi lembaran ramalan. Jika mendapatkan ramalan baik, kertas tersebut boleh dibawa pulang. Namun, jika ramalan buruk, kertasnya diikat di tusukan besi mirip jemuran yang telah disediakan, dengan harapan nasib buruk bisa tertinggal di sana.
Nunuk Endah Srimulyani, S.S., M.A., Ph.D Kaprodi Bahasa dan Sastra Jepang, Fakultas Ilmu Budaya Universitas Airlangga, pernah bertanya langsung kepada orang Jepang yang berkunjung ke kampus tentang fenomena ini. Menurutnya, meskipun masyarakat Jepang menjunjung tinggi logika dan sains, mereka tetap mempercayai adanya kekuatan yang lebih besar yang dapat memengaruhi kehidupan.
Faktor lain yang membuat ramalan tetap diminati adalah unsur tanoshii koto, atau sesuatu yang menyenangkan. Contohnya, banyak orang yang membaca ramalan zodiak bukan karena sepenuhnya percaya, tetapi karena merasa senang jika mendapatkan prediksi yang baik. Secara literatur, tradisi ini juga berkaitan erat dengan kepercayaan pada dewa dan roh leluhur.
Meskipun tidak semua orang Jepang beragama atau menyembah Tuhan tertentu, sebagian besar tetap menjalankan ritual budaya, terutama saat Tahun Baru. Mereka pergi ke kuil, berdoa, dan mengambil ramalan nasib sebagai bagian dari tradisi yang diwariskan turun-temurun. Sementara bagi wisatawan asing, pengalaman mengambil omikuji di Kuil Sensoji menjadi salah satu daya tarik tersendiri yang menambah kesan mendalam selama berkunjung ke Jepang.(din/bil/iss)