
Proyek pelindung tebing Bengawan Solo di Desa Tanggungan dan Lebaksari, Kecamatan Baureno, Bojonegoro menjadi sorotan setelah ambruk pekan lalu.
Proyek pelindung tebing Bengawan Solo di Desa Tanggungan dan Lebaksari rampung sejak 12 Desember 2024. Dalam catatan kontraktor, sejak pihaknya menyelesaikan pekerjaan, kawasan ini dilanda banjir sebanyak tiga kali.
Banjir pertama terjadi pada 16-20 Desember 2024, banjir kedua pada 26-31 Desember 2024, lalu banjir ketiga pada 23 Januari 2025.
Setiap banjir memberikan dampak terhadap konstruksi di lapangan. Pada banjir pertama belum terjadi kerusakan terhadap fisik konstruksi di lapangan. Muka banjir juga belum mencapai top caping atau batas atas pelindung tebing.
Namun, pada banjir kedua, terjadi tanah ambles atau sliding. Kemudian pada banjir ketiga, elevasi muka air rata dengan top caping, bahkan over toping. Akibatnya, saat banjir kedua yang semula pada area sawah sepanjang 100 m, menjadi 150 m.
“Kami tetap berkomitmen untuk melakukan pemeliharaan. Namun, ada kondisi existing yang berubah tentu membutuhkan desain ulang agar tebing penahan mampu dibangun sesuai spesifikasi yang direncanakan pihak konsultan perencana,” kata Mei Sunarko Project Manager Indopenta Bumi Permai selaku kontraktor.
Mei menegaskan, pihaknya sebagai kontraktor tetap bertanggung jawab dan sanggup untuk memperbaiki pekerjaan ini. Sebab, proyek tersebut masih memasuki masa pemeliharan. “Kami masih ada masa pemeliharaan selama 1 tahun,” kata Mei.
Mei mengatakan, pihaknya akan meminta pihak konsultan perencana dan Dinas Pekerjaan Umum Sumber Daya Air Bojonegoro untuk melakukan kaji ulang desain perbaikan.
“Kondisi lapangan sudah berbeda dengan kondisi awal kontrak dengan kejenuhan air tanah yang lebih banyak dibandingkan dengan kondisi awal,” jelasnya. (saf/ipg)