Minggu, 16 Februari 2025

Psikolog: Keseimbangan Porsi Kerja Dapat Jaga Kesehatan Mental

Laporan oleh Risky Pratama
Bagikan
Ilustrasi - Kertas bertuliskan harapan. Foto: Antara

Nena Mawar Sari Psikolog Klinis Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Wangaya Kota Denpasar, Bali mengatakan bahwa kesehatan mental pekerja dapat dijaga dengan keseimbangan porsi kerja, menjaga batasan, hingga membentuk pola hidup harmonis.

“Memberikan keseimbangan dalam porsi, jadi jam kerjanya, interaksi dengan keluarga, bagaimana pola hidupnya itu satu kesatuan yang harmonis,” katanya saat dilansir dari Antara, pada Jumat (14/2/2025).

Oleh karena itu, ia berharap budaya kerja yang memiliki tekanan tertentu, hingga lingkungan yang tidak kondusif, bisa menjadi perhatian bagi manajemen perusahaan.

Pihaknya juga menyarankan, agar perusahaan-perusahaan bisa terus memperhatikan mental pekerja, yang bisa dilakukan dengan menghadirkan kegiatan sharing session, mengundang psikolog sebagai dukungan terhadap para pekerja.

Sedangkan dari sisi individu pekerja, lanjut dia, untuk menjaga kesehatan mental bisa dimulai dengan menghadirkan batasan-batasan dengan rekan, ataupun atasan kerja.

“Relasi kita dengan orang-orang yang berpotensi membuat kita stres juga perlu diatur, jadi bersikap asertif atau berani mengatakan tidak tanpa rasa bersalah perlu dilakukan oleh setiap karyawan,” ucapnya.

Menurutnya, berani menolak merupakan upaya seseorang untuk mulai mendengarkan kapasitas tubuh dan pikiran.

“Kan ada orang yang tipe-tipe people pleasure, kemudian tipe-tipe yang takut, dan kemudian dia tidak berani mengutarakan pendapat. Nah itu biasanya rentan mengalami stres karena dia nggak bisa mengatur kapasitas dia dengan tugas-tugas yang diberikan,” jelasnya.

Dalam kesempatan itu, ia juga menyarankan pentingnya belajar melakukan jeda, relaksasi atau meditasi untuk mendengarkan alarm atau pesan-pesan yang diberikan kepada tubuh. Contohnya, jika sudah pegal-pegal maka dapat istirahat makan siang atau dengan mendengarkan musik kesukaan.

Ia juga menyarankan, jika seseorang tidak memiliki kapasitas untuk mendengarkan curahan hati dari rekan, maka perlu juga memikirkan untuk tidak memaksakan diri mendengarnya, terlebih bila memang keadaan mental sedang tidak stabil.

“Jadi, jangan hanya stres kerja saja yang difokuskan, tapi juga bagaimana seseorang itu bisa menjaga boundaries,” pungkasnya.(ant/ris/iss)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Kecelakaan Mobil Listrik Masuk ke Sungai

Awan Lentikulari di Penanggungan Mojokerto

Evakuasi Babi yang Berada di Tol Waru

Pohon Tumbang di Jalan Khairil Anwar

Surabaya
Minggu, 16 Februari 2025
27o
Kurs