![](https://www.suarasurabaya.net/wp-content/uploads/2024/12/Ilustrasi-anak-bermain-media-sosial-di-handphone-170x110.jpg)
Dokter (dr.) Julian Raymond Irwen spesialis jiwa lulusan Universitas Gadjah Mada (UGM) menyatakan ikatan emosional atau bonding yang kuat dengan orang tua dapat mencegah anak terkena adiksi gawai (gadget).
“Ini tergantung dari pola asuh orang tua dan anaknya, biasanya anak punya hobi, orang tua punya hobi. Intinya, aktivitas apapun yang bisa meningkatkan bonding antara orang tua dan anak itu sangat baik,” kata dr. Julian di Tangerang, Banten, Kamis (6/2/2025) dilansir Antara.
Julian menekankan anak perlu mendapatkan pendampingan dari orang tua dalam menggunakan gawai. Bentuk pendampingan yang diberikan pun tidak sekadar hanya menemani dan melihat, tetapi lebih menjadikan penggunaan gawai seperti pembelajaran.
Orang tua dapat mengajak anak melakukan aktivitas menarik seperti mendiskusikan video atau gim yang sedang dimainkan. Hal ini membantu anak berlatih mendeskripsikan suatu objek yang sedang menarik baginya.
Sementara aktivitas dalam ruangan lain yang dapat dilakukan yakni membaca buku kesukaan bersama-sama, sehingga anak merasa waktu yang dihabiskan bersama orang tua jadi lebih berharga.
Bagi orang tua dengan anak yang gemar bermain di luar ruangan, bonding dapat diperkuat melalui adanya rencana pergi bersepeda bersama, berenang atau sekadar memburu makanan-makanan enak.
“Atau misalnya kalau memang orang tua sedang tidak terlalu punya banyak waktu, kita bisa memberikan anak kegiatan seperti les olahraga seperti berenang, bulu tangkis dan lain sebagainya, atau les yang mungkin berkaitan dengan hobi anak seperti musik,” ucapnya, dilansir dari Antara.
Julian menambahkan, kalaupun orang tua terpaksa harus memberikan kesempatan bagi anak menggunakan gawai, maka disarankan untuk menggunakan aplikasi parental control dan menyepakati lamanya durasi anak bisa memainkannya.
Aturan dan pengawasan tersebut diharapkan dapat melibatkan pihak lain dalam keluarga seperti kakek dan nenek, yang sama-sama berkomitmen untuk mencegah anak terkena adiksi gawai.
Menurut dia komitmen tersebut akan meminimalkan risiko anak terkena dampak buruk dari kecanduan bermain gawai dan menciptakan ruang bagi anak untuk tumbuh lebih optimal.
Selain itu, diharapkan orang tua dapat jadi role model yang dapat dicontoh anak dalam bijak menggunakan gawai.
“Indonesia ini sangat kultural dan komunal. Anak enggak hanya tinggal sama ayah dan ibu, tapi ada nenek. Jadi harus ada komitmen bersama, sehingga anak punya role model ideal karena pembentukan karakter dan kebiasaan ditentukan dimulai dari rumah,” kata Julian. (ant/bel/bil/ham)