Wahyudi Citrosiswoyo, Dosen Prodi Teknik Lepas Pantai, Departemen Teknik Kelautan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) mengatakan, rip current berpotensi besar terjadi di seluruh pantai selatan Jawa, karena berhadapan langsung dengan laut terbuka Samudera Hindia.
“Meskipun gelombang yang menuju garis pantai bersifat acak, tapi dapat dipastikan pantai yang berbatasan dengan samudera lepas memiliki gelombang datang yang tinggi,” katanya saat dihubungi suarasurabaya.net pada Senin (3/2/2025).
Pakar oseanografi itu mengatakan, dari hasil penelitiannya dengan pengukuran langsung di lapangan, diperoleh kecepatan rip current dapat terjadi dari 0,85 hingga 1 meter per detik. Rip Current itu memiliki lebar 9 sampai 11 meter. Rip current juga berperan membawa sedimen dari perairan pantai menuju tengah laut.
Kondisi tersebut, membuat area yang sering terjadi rip current tampak tenang dan gelap karena telah terbentuk palung.
“Saking cepatnya arus tersebut, juara renang olimpiade sekalipun tidak akan kuat melawan gelombang rip,” katanya.
Ia menjelaskan, kejadian rip current tidak tergantung musim, serta tidak bisa dipastikan berapa kali dalam sehari. Tetapi yang bisa diwaspadai, yakni ketika berada di pantai berteluk atau di tepi tanjung, karena daerah tersebut memiliki peluang kejadian rip current paling besar.
“Kondisi hidro-oseanografi dan morfologi pantai merupakan hal yang memengaruhi rip current ini,” ucap pria yang tergabung dalam Laboratorium Infrastruktur Pantai dan Pelabuhan ITS itu.
Dalam kesempatan itu, ia mengatakan bahwa kejadian yang menimpa sejumlah siswa SMPN 7 Kota Mojokerto, merupakan contoh kecil dari banyaknya korban tenggelam karena terseret current rip.
Di Indonesia, beber dia, korban akibat rip current di pantai selatan Jawa terus meningkat sepanjang tahun 2013 hingga 2022. Bahkan, data 5 tahun terakhir menyebutkan bahwa rata-rata 28 orang per tahun meninggal dunia karena terseret arus ini.
“Rip current merupakan ancaman bagi pengunjung pantai. Arus tersebut tidak bisa dihilangkan, tapi bisa dihindari,” tegasnya.
Menyikapi kondisi tersebut, agar tidak terjadi korban rip current lagi yakni perlu mitigasi. Ia menekankan pentingnya sosialisasi bahaya rip current di sekolah-sekolah di Indonesia atau melalui seminar. Selain itu, juga perlu peningkatan fasilitas penunjang pantai, seperti kapal cepat, pelampung, dan penjaga pantai yang andal.
“Tentunya, pemerintah daerah juga harus turut andil dalam sosialisasi ini,” ujarnya.
Jika pengunjung terlanjur terseret rip current, penting untuk menghindari dengan cara berenang ke samping, sejajar dengan pantai.
Seperti diketahui, rip current adalah arus kuat dari air laut yang bergerak menjauh dari pantai. Rip current terjadi ketika gelombang laut yang mendekati pantai pecah dan berubah menjadi aliran air yang menuju pantai, kemudian dibelokkan oleh garis pantai menjadi arus menyusur pantai ke daerah yang energinya rendah. Jika ada dua arus menyusur pantai yang berlawanan arah, maka ke dua arus tersebut akan menjadi satu membelok ke arah laut menjadi rip current. Khususnya, pada pantai yang berbentuk teluk, sering terbentuk arus rip yang kencang.(ris)