Sabtu, 1 Februari 2025

Pakar BGN: Sumber Gizi MBG Disesuaikan dengan Wilayah dan Dibuat Variasi

Laporan oleh Akira Tandika Paramitaningtyas
Bagikan
Ilustrasi, makan bergizi gratis (MBG). Grafis: Ibnu Mg suarasurabaya.net

Prof Epi Taufik Tim Pakar Badan Gizi Nasional (BGN) menyebut sumber gizi untuk Makan Bergizi Gratis (MBG) disesuaikan dengan ketersediaan di wilayah masing-masing dan akan dibuat menu variasi.

Epi menyebut, yang paling penting dari itu adalah menghadirkan MBG dengan jumlah gizi sesuai standar.

“Protein hewaninya memang selama ini yang kita lihat kalau di Jawa itu yang banyak disenangi ayam sama telur, daging sapi pun anak-anak itu tidak terlalu, paling sebulan, dua kali, tiga kali mereka minta, tapi di daerah pesisir kan ikan. Ya kita sediakan ikan. Yang penting tadi standar gizinya terpenuhi,” terang Epi, melansir Antara, Sabtu (2/1/2025).

Epi mengatakan standar gizi dalam menu MBG sudah dipantau oleh Deputi Pemantauan Pengawasan berdasarkan standar dari Kementerian Kesehatan untuk setiap jenjang usia penerima.

Mengenai variasi sumber protein terutama protein hewani, Epi mengatakan bisa dimasukkan dalam menu MBG sesuai kebiasaan makan wilayah penerima. Namun harus tetap dihitung kandungan gizi agar mencukupi panduan gizi seimbang.​​​​​​​

Epi mengutip pernyataan Kepala Badan Gizi Nasional Dadan Hindayana, yang mengatakan menu MBG harus memenuhi keamanan pangan, dan standar gizi, serta diharapkan SPPG dapat menyusun menu berdasarkan kesukaan di daerah dan sumber daya lokal.

“Kalau di Halmahera, misalnya karbohidratnya bukan nasi, tetapi kalau tidak salah beliau bilang pisang yang direbus dan sagu maka itu boleh. Mungkin di daerah tertentu mereka suka serangga, ulat sagu kan itu memang dimakan di Papua ya itu boleh bagian dari MBG. Jadi bukan berarti di Jawa yang tidak biasa makan itu disuruh, harus berbasis sumber daya lokal,” ungkapnya.

Epi mengatakan ahli gizi yang dikirim ke dapur sentral harus bisa menghitung kandungan gizi agar memenuhi standar jika menggunakan bahan protein hewani dari sumber daya lokal.

Ia juga mengatakan tambahan susu gratis juga akan bertahap sesuai dengan ketersediaan produksi susu, karena selama ini disesuaikan dengan ketersediaan di masing-masing wilayah yang memiliki sapi perah, dan produksi susu dalam negeri yang masih belum tinggi.​​​​​​​

Epi menyadari pada tahap awal penyaluran MBG memang ada beberapa hal yang terlewat seperti makanan kurang matang atau ada kasus keracunan siswa yang memakan menu MBG. Namun BGN akan terus memperbaiki sistem dan memantau lebih ketat terkait pendistribusian MBG kepada siswa sekolah.(ant/kir/iss)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Awan Lentikulari di Penanggungan Mojokerto

Evakuasi Babi yang Berada di Tol Waru

Pohon Tumbang di Jalan Khairil Anwar

Mobil Tabrak Dumptruk di Tol Kejapanan-Sidoarjo pada Senin Pagi

Surabaya
Sabtu, 1 Februari 2025
31o
Kurs