Jumat, 24 Januari 2025

WALHI dan Akademisi Bantah Klaim Menteri ATR/BPN Soal Abrasi di HGB di Laut Sidoarjo

Laporan oleh Wildan Pratama
Bagikan
Kawasan laut di sisi timur Kabupaten Sidoarjo dengan tanda warna oranye telah terbit HGB 656 hektare melalui apikasi Bhumi milik Kementerian ATR/BPN. Foto: tangkapan layar

Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) Jawa Timur membantah klaim Nusron Wahid Menteri Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional (ATR/BPN) tang menyebut Hak Guna Bangunan (HGB) di laut Sidoarjo, dulunya merupakan daratan yang terdampak abrasi.

Sebelumnya waktu berada di Kompleks Istana Kepresidenan Jakarta, Rabu (22/1/2025) Nusron menyebut lahan HGB itu dulunya adalah tambak perikanan.

Namun setelah beberapa tahun, tanah di pesisir pantai mengalami abrasi sehingga sekarang menjadi perairan laut. Dalam kesempatan itu Nusron juga menunjukkan foto peta lahan pada saat kondisi sebelum dan sesudah terjadi abrasi.

“Awalnya itu adalah tambak ceritanya. Nah, kemudian saya cocokkan dengan peta supaya bapak-bapak paham ini saya tunjukin peta before sama after. Sebelumnya memang begini (lahan tambak), dan sekarang laut,” kata Nusron.

Klaim tersebut kemudian dibantah oleh WALHI yang juga melakukan penelitian pada temuan HGB 656 hektare tersebut.

Wahyu Eka Setyawan Direktur Eksekutif WALHI Jatim menjelaskan, berdasarkan visual citra satelit wilayah yang menjadi lokasi HGB tersebut berada di kawasan laut sejak 2002.

“Bahkan sejak tahun 2002 kawasan tersebut tidak pernah berupa daratan, sehingga klaim bahwa sebelumnya merupakan daratan harus dibuktikan secara transparan oleh BPN kepada publik,” kata Wahyu, Kamis (23/1/2025).

Selain WALHI Jatim, Thanthowy Syamsuddin Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga (Unair) Surabaya orang pertama yang menemukan HGB ini juga melakukan pengamatan citra satelit.

Thanthowy mengatakan, HGB tersebut secara historis berada di atas laut, mangrove, dan tambak.

“Saya ingin membagikan temuan penting yang menunjukkan bahwa pemberian Hak Guna Bangunan (HGB) di kawasan laut Sidoarjo secara historis berada di atas laut, mangrove, dan tambak,” katanya.

Fakta tersebut diperoleh Thanthowy berdasarkan data visual berupa timelapse dari Google Earth, yang merekam kondisi wilayah laut di Segoro Tambak, Kecamatan Sedati, Sidoarjo m dari tahun 1988 hingga 2022.

Akademisi Unair itu menjelaskan, metode pengamatannya ini berdasarkan pada titik koordinat spesifik lokasi yang dianalisis. Tepatnya di koordinat 7.342163°S, 112.844088°E, 7.355131°S, 112.840010°E dan 7.354179°S, 112.841929°E.

“Seluruh data koordinat tersebut saya ambil dan validasi melalui aplikasi Bhumi ATR milik Kementerian ATR/BPN untuk diolah dalam Google Earth,” ucapnya.

Dari titik koordinat lokasi HGB itu, Thanthowy memanfaatkan fitur timelapse Google Earth untuk mendapatkan visualisasi perubahan geografis dari tahun 1988 hingga 2022.

“Fitur ini memungkinkan pengamatan perubahan kondisi kawasan berdasarkan citra satelit yang terdokumentasi secara berkala,” ucapnya.

Data dari Google Earth itu kemudian dirangkum dalam video timelapse sebagai bukti visual dan sejarah kawasan tersebut menggunakan citra satelit. Video itu dapat diakses melalui tautan berikut: https://youtu.be/zHRzyMm2jng

“Kawasan yang saat ini bersertifikat HGB secara konsisten merupakan pesisir, area mangrove, tambak perikanan, dan laut hingga saat ini. Temuan ini memberikan bukti kuat bahwa kawasan tersebut merupakan bagian dari ekosistem pesisir dan laut yang seharusnya dikelola secara hati-hati,” ungkapnya.(wld/kir/iss)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Awan Lentikulari di Penanggungan Mojokerto

Evakuasi Babi yang Berada di Tol Waru

Pohon Tumbang di Jalan Khairil Anwar

Mobil Tabrak Dumptruk di Tol Kejapanan-Sidoarjo pada Senin Pagi

Surabaya
Jumat, 24 Januari 2025
26o
Kurs