Senin, 20 Januari 2025

Ahli Gizi Ingatkan Keracunan MBG Bukan Kejadian Biasa, Perlu Perhatian Serius

Laporan oleh Risky Pratama
Bagikan
Ilustrasi. Foto: iStock

Puluhan siswa di Sukoharjo, Jawa Tengah dan Nunukan, Kalimantan Utara, keracunan imbas mengonsumsi makanan dari program Makan Bergizi Gratis (MBG).

Para siswa di Sukoharjo itu dilaporkan mengalami gejala mual, muntah hingga pusing setelah makan dari program MBG. Sedangkan di Nunukan, juga dilaporkan ada yang mengalami perut mulas dan mencret.

Lailatul Muniroh Ahil Gizi dari Departemen Gizi, Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Airlangga (Unair) menyatakan, kejadian seperti itu tidak bisa dianggap sebagai hal yang biasa.

“Itu tidak boleh dianggap remeh ya, jadi ini adalah salah satu kejadian luar biasa,” katanya saat dihubungi suarasurabaya.net, Senin (20/1/2025).

Laila mengatakan, perlu evaluasi hingga investigasi terkait dengan kejadian tersebut. Sehingga apa yang menjadi penyebab keracunan tersebut bisa diketahui dan diperbaiki lagi untuk ke depannya.

“Harus ada pemeriksaan sumber keracunannya itu dari mana, dari pengadaan bahan mentahnya kah? Atau dari pengolahannya? Dari distribusinya? itu perlu dilakukan penelusuran,” bebernya.

Saat ini, kata dia, juga perlu untuk memperketat Standard Operating Procedure (SOP) secara menyeluruh, mulai dari pengawasan, pengadaan bahan-bahan, pengolahan, penyimpanan, hingga penyajian kepada para siswa penerima program MBG.

Penelusuran harus dilakukan secara menyeluruh, lanjut dia, untuk mengetahui secara pasti apa sebenarnya yang menjadi penyebab keracunan, apakah hanya karena single factor, atau ada beberapa faktor yang menimbulkan adanya keracunan.

“Terus bagaimana juga dengan personelnya atau pengolahnya, apakah sudah menerapkan personal hygiene atau belum, kemudian dari sisi kesehatan personelnya sendiri,” ujarnya.

Hal tersebut, kata dia, sangat penting diperhatikan untuk memastikan ke depan tidak ada lagi keracunan yang menimpa anak-anak karena program MBG tersebut.

Apalagi, program MBG ini dilakukan secara berkelanjutan, dan diharapkan bisa menjadi jawaban atas masalah kurangnya gizi hingga mengentaskan angka stunting di daerah-daerah di Indonesia.

“Tentu kejadian keracunan itu tidak kita harapkan. Katanya mau meningkatkan anak bangsa yang lebih berkualitas, tapi kalau menimbulkan keracunan itu kan kontradiktif, walaupun itu human erorr, harus bisa diantisipasi, dicegah, agar semuanya itu tidak terjadi. Makanya perlu langkah-langkah pencegahan dengan SOP yang ketat tadi, agar menerapkan standar makanan yang aman dan higenis,” pungkasnya. (ris/bil/ham)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Awan Lentikulari di Penanggungan Mojokerto

Evakuasi Babi yang Berada di Tol Waru

Pohon Tumbang di Jalan Khairil Anwar

Mobil Tabrak Dumptruk di Tol Kejapanan-Sidoarjo pada Senin Pagi

Surabaya
Senin, 20 Januari 2025
27o
Kurs