Sabtu, 18 Januari 2025

Muncul Larangan Impor Gula, Ekonom Minta Pemerintah Pastikan Tak Ada Kenaikan Harga

Laporan oleh Akira Tandika Paramitaningtyas
Bagikan
Ilustrasi: Seorang pedagang menunjukkan gula pasir di salah satu pasar tradisional. Foto: Istimewa

Zulkifli Hasan Menteri Koordinator (Menko) Bidang Pangan mengatakan, pemerintah mulai memberlakukan pelarangan impor untuk empat komoditas yakni, beras konsumsi, jagung untuk pakan ternak, gula konsumsi, dan garam konsumsi.

Pelarangan impor ini, diharapkan bisa mewujudkan cita-cita Indonesia untuk melakukan swasembada pangan, karena Indonesia sangat potensial melakukan hal tersebut.

Menanggapi hal itu, Eliza Mardian Peneliti Center of Reform on Economic (CORE) Indonesia meminta pemerintah untuk memastikan agar harga gula tidak mengalami kenaikan karena pelarangan impor gula konsumsi, mengingat Indonesia sudah terlalu bergantung kepada gula impor.

“Kalau stop impor gula ini perlu bertahap karena kita kadung ketergantungan tinggi sama impor. Harus hati-hati jangan sampai stop impor tapi malah justru mengerek harga di dalam negeri, apalagi masyarakat kelas menengah lagi lemah daya belinya,” kata Eliza, melansir Antara, Jumat (17/1/2025).

Ia mengatakan bahwa saat ini 63 persen dari kebutuhan gula domestik dipenuhi melalui impor. Padahal menurut definisi Badan Pangan Dunia atau Food and Agriculture Organization (FAO) swasembada dicapai 90 persen kebutuhan dalam negeri dipenuhi dari produksi domestik.

Salah satu penyebab rendahnya produksi gula dalam negeri adalah rendahnya tingkat rendeman tebu atau kadar gula yang terkandung dalam tebu yang ditanam di Indonesia.

Eliza menjelaskan, rendemen tebu Indonesia jauh lebih rendah dibandingkan rendemen tebu di Thailand. Tingkat rendemen tebu Indonesia hanya sekitar 7 persen, sedangkan rendemen tebu Thailand sekitar 11,82 persen.

“Maksudnya tingkat rendemen adalah jika rendemen tebu 7 persen, artinya bahwa dari 100 kilogram tebu yang digiling di pabrik gula akan menghasilkan gula sebanyak 7 kilogram. Nah, di Thailand rendemennya 11,82 persen berarti menghasilkan gulanya kurang lebih 11,82 kilogram,” ungkapnya.

Ia mengatakan, rendahnya tingkat rendemen tersebut karena banyak pabrik gula yang masih mengoperasikan mesin-mesin berusia tua, bahkan ada yang lebih dari 100 tahun.

“Jadi, memang perlu direvitalisasi jika ingin meningkatkan produksi gula, tidak hanya meningkatkan produktivitas tebu, namun juga meningkatkan tingkat rendemennya,” imbuh Eliza.(ant/kir/faz)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Awan Lentikulari di Penanggungan Mojokerto

Evakuasi Babi yang Berada di Tol Waru

Pohon Tumbang di Jalan Khairil Anwar

Mobil Tabrak Dumptruk di Tol Kejapanan-Sidoarjo pada Senin Pagi

Surabaya
Sabtu, 18 Januari 2025
29o
Kurs