Sabtu, 18 Januari 2025

Inflasi Mereda, Pasar Kripto dan Saham AS Tunjukkan Tren Positif

Laporan oleh Akira Tandika Paramitaningtyas
Bagikan
Ilustrasi. Mata uang kripto. Foto: Pixabay Ilustrasi. Mata uang kripto. Foto: Pixabay

Reku Fahmi Almuttaqin Analis menyebutkan bahwa pasar kripto dan saham AS mengalami penguatan serentak akibat menurunnya inflasi inti di Amerika Serikat.

Penurunan laju inflasi ini memunculkan optimisme terhadap kemungkinan tercapainya target inflasi 2 persen yang ditetapkan bank sentral AS (The Fed).

“Laju inflasi yang tinggi, terutama di sektor energi, dapat menjadi faktor pendukung proyeksi The Fed untuk melakukan pemangkasan suku bunga lebih sedikit pada tahun ini. Bank sentral AS tersebut telah memangkas suku bunga acuan sebesar total 100 basis poin sejak memulai siklus pelonggaran pada September tahun lalu,” kata Fahmi, melansir Antara, Jumat (17/1/2025).

Bitcoin berhasil menguat hingga mencapai level 99 ribu dolar AS, kemudian menembus angka 100 ribu dolar AS. Penguatan serupa juga terjadi pada aset kripto utama lainnya seperti Ethereum, XRP, SOL, dan XLM, yang turut mencatatkan kenaikan signifikan di pasar.

Di pasar saham AS, indeks Nasdaq Composite mencatat kenaikan tertinggi dengan 2,17 persen, disusul oleh S&P 500 yang naik 1,62 persen dan Dow Jones Industrial Average sebesar 1,5 persen.

Saham di sektor teknologi dan perbankan menunjukkan performa yang kuat. Tesla mengalami kenaikan harga saham sebesar 5,76 persen, Meta Platforms naik 4,76 persen, sementara Citigroup dan Wells Fargo masing-masing naik 6,1 persen. Goldman Sachs juga turut menguat dengan kenaikan 4,8 persen.

“Data inflasi AS bulan Desember menunjukkan kondisi inflasi inti (tanpa komponen volatil seperti harga energi dan pangan) yang mengalami penurunan laju kenaikan sebesar 0,1 persen dari bulan-bulan sebelumnya,” ujarnya.

Fahmi mengatakan, inflasi inti AS Desember hanya mengalami kenaikan 0,2 persen, lebih lambat dari kenaikan 0,3 persen selama empat bulan sebelumnya, meskipun secara keseluruhan inflasi di Desember tercatat mengalami kenaikan bulanan sebesar 0,4 persen yang merupakan angka tertinggi sejak Maret 2024 dikarenakan peningkatan harga energi yang menyumbang lebih dari 40 persen dari kenaikan inflasi indeks harga konsumen (CPI) di bulan tersebut.

Secara tahunan, CPI meningkat 2,9 persen, naik dari 2,7 persen di November yang juga merupakan laju tercepat sejak Juli.

Penurunan laju kenaikan inflasi inti mungkin dapat membuka kemungkinan akan kembali diturunkannya suku bunga sebesar 25 bps pada pertemuan FOMC akhir bulan ini.

“Namun, jika hal itu terjadi, outlook kebijakan suku bunga hingga mungkin beberapa bulan setelahnya akan relatif lebih tidak pasti,” kata Fahmi.

Lebih lanjut, ia menjelaskan Donald Trump Presiden AS terpilih, yang akan dilantik 20 Januari mendatang, telah menjanjikan pemotongan pajak yang berpotensi memacu pertumbuhan.

“Namun, kebijakan proteksionis dan pembatasan imigrasi berpotensi menaikkan biaya produksi serta mengganggu supply chain, yang mana berpotensi menambah tekanan inflasi. Penurunan suku bunga di bulan ini, apabila terjadi, dapat memperparah kondisi tersebut dan membuat kondisi serta arah kebijakan ekonomi ke depan menjadi semakin sulit diprediksi,” terangnya.

Dengan demikian, meskipun perkembangan yang ada membuka kemungkinan penurunan suku bunga pada akhir bulan ini, para pejabat The Fed mungkin akan berpikir dua kali untuk melakukannya.

Melihat reaksi pasar dari perkembangan yang ada, terdapat potensi reli akan berlanjut hingga penentuan kebijakan suku bunga The Fed akhir bulan ini.

“Momentum pelantikan Trump dan gebrakan-gebrakan awalnya khususnya bagi industri dan pasar crypto dapat turut memperkuat momentum yang ada. Meskipun secara umum tren bullish di pasar crypto dan saham AS masih relatif solid, tidak diturunkannya suku bunga pada pertemuan FOMC mendatang berpotensi memberikan tekanan bagi pasar, terlebih apabila The Fed kembali memaparkan proyeksi kebijakan ke depan yang akan lebih ketat seperti yang terjadi pada pertemuan sebelumnya,” lanjutnya.

Dengan demikian, meskipun kondisi pasar saat ini cukup positif, kehati-hatian serta responsivitas investor terhadap perkembangan situasi yang ada masih sangat diperlukan guna menjaga pertumbuhan portofolio investasinya.(ant/vin/kir/faz)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Awan Lentikulari di Penanggungan Mojokerto

Evakuasi Babi yang Berada di Tol Waru

Pohon Tumbang di Jalan Khairil Anwar

Mobil Tabrak Dumptruk di Tol Kejapanan-Sidoarjo pada Senin Pagi

Surabaya
Sabtu, 18 Januari 2025
24o
Kurs