Jumat, 10 Januari 2025

Ahli Gizi Minta Pemerintah Perhatikan Porsi MBG, Anak SMA Jangan Diberi Porsi Makan SD

Laporan oleh Risky Pratama
Bagikan
Lailatul Muniroh Ahli Gizi dari Departemen Gizi, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Airlangga (Unair). Foto: Istimewa

Lailatul Muniroh Ahli Gizi Universitas Airlangga (Unair) menyarankan, agar porsi makanan dalam program Makan Bergizi Gratis (MBG) dibedakan antara siswa SD hingga SMA.

Hal itu ia katakan, setelah paket makanan progam MBG yang dibagikan untuk siswa SMA porsinya sedikit, atau cenderung hampir sama dengan porsi MBG anak SD.

“Dari sisi kuantitas, porsinya masih kurang ya. Padahal kebutuhan tiap usia itu kan berbeda-beda, apalagi anak SD sama anak SMA, jelas itu berbeda jauh kebutuhannya,” katanya saat dihubungi suarasurabaya.net pada Rabu (8/1/2024).

Dosen Departemen Gizi Fakultas Kesehatan Masyarakat Unair itu menyoroti, selama pelaksanaan MBG dari hari pertama, ternyata ada juga makanan yang komponennya tidak terpenuhi seperti sayur.

“Ini yang saya tahu ya, yang di Sidoarjo itu, kalau di tempat lain belum tahu semuanya,” ucapnya.

Jika melihat pelaksanaan MBG di awal-awal ini, ia mengatakan bahwa dari segi kuantitas masih kurang terpenuhi, begitu juga dengan kualitas, meskipun sudah ada protein hewani hingga protein nabati, tetapi secara jumlah kurang.

“Ya mungkin juga karena keterbatasan anggaran ya, karena kan anggaran Rp10 ribu. Nah mungkin itu yang akhirnya membuat menu menjadi ala kadarnya,” ujarnya.

“Padahal programnya ini kan program makan bergizi gratis atau MBG, jangan sampai hanya sekadar makan gratis,” imbuhnya.

Sementara untuk susu kotak jenis UHT yang dibagikan kepada siswa, ia mengatakan bahwa sepanjang asupan gula hariannya tidak melebihi batas wajar, maka tidak masalah.

“Hanya saja yang perlu diperhatikan bagaimana asupan gula dalam sehari, karena kan bisa jadi anak itu tidak hanya konsumsi susu saja, tapi juga ada minuman-minuman manis lainnya yang tinggi gulanya,” ucapnya.

Pihaknya berharap, ada evaluasi secara menyeluruh terkait dengan pelaksanaan program MBG, sehingga ke depan manfaat yang dirasakan, dan tujuan yang ingin dicapai dari kebijakan tersebut bisa dicapai.

“Perlu ada evaluasi berkelanjutan mulai dari input, proses, output, dan dampaknya. Misalnya dari sisi anggaran sekian itu wajar kah? Cukup kah? Kemudian dari sisi makanannya itu sendiri. Perlu ada evaluasi dari sisi penerimaan siswa, penerimaan guru, orang tua dan sebagainya itu perlu juga dilakukan evaluasi,” jelasnya.

Seperti diketahui, progam MBG di beberapa daerah di Indonesia sudah dimulai dari tanggal enam Januari yang lalu, salah satunya di Kecamatan Candi, Sidoarjo. Sedangkan beberapa daerah lainnya masih belum melaksanakan, seperti Surabaya.

MBG ini merupakan progam di bawah pemerintahan Prabowo Subianto Presiden. Progam ini sudah diupayakan oleh Prabowo sejak kampenye di tahun 2024 yang lalu dalam janji politiknya saat masih berstatus calon presiden.(ris/bil/ipg)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Awan Lentikulari di Penanggungan Mojokerto

Evakuasi Babi yang Berada di Tol Waru

Pohon Tumbang di Jalan Khairil Anwar

Mobil Tabrak Dumptruk di Tol Kejapanan-Sidoarjo pada Senin Pagi

Surabaya
Jumat, 10 Januari 2025
28o
Kurs