Gigih Prihantono Pakar Ekonomi Universitas Airlangga (Unair) menyebut biaya Makan Bergizi Gratis (MBG) Rp10 ribu per porsi, bukan harga murni.
Menurut Gigih, harga Rp10 ribu per porsi belum dipotong biaya lain seperti, operasional, pajak, juga distribusi. Terlebih, program MBG dilaksanakan dengan sistem swakelola.
“Rp10 ribu itu kan hanya anggaran. Sementara kalau pengelolaannya pakai sistem swakelola, tetap ada PPN yang dikenakan,” terangnya, Senin (6/1/2025).
Gigih mencontohkan jika PPN yang dikenakan untuk satu porsi makanan adalah 11 persen artinya harga tersebut menjadi kurang dari Rp9 ribu.
“Belum lagi terpotong operasional dan distribusi. Mungkin bisa jadi 6 ribu,” tuturnya.
Gigih lantas mempertanyakan menu apa yang bisa didapat dengan harga Rp6 ribu per porsi.
Dia menegaskan, karena program tersebut berjudul Makan Bergizi Gratis, maka yang harus diperhatikan adalah kandungan gizi di dalamnya.
“Saya bilang lagi, Rp10 ribu itu hanya anggaran. Belum tentu untuk isian makanannya tetap 10 ribu. Di situ ada PPN, biaya operasional, dan lain-lain,” tambahnya.
Sebelumnya, dalam pelaksaan program MBG ini Gigih juga menyoroti output dan outcome-nya. Yakni, tentang bagaimana keberlangsungan program ketika LSM atau mitra pemerintah, tidak memiliki finansial yang kuat. Kedua, soal standarisasi proses pembuatan makannya.
“Pengontrol standarisasi ini lebih susah daripada pengawasan keuangan. Jadi kalau tidak ada standarisasi, mungkin ada juknisnya tapi kenyataan yang di lapangan mungkin bisa jadi berbeda, kacau, dan lain sebagainya,” tandasnya. (kir/saf/ipg)