Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Juanda memprakirakan curah hujan di Surabaya pada khususnya dan Jawa Timur pada umumnya akan tinggi sampai akhir bulan Desember 2024.
Kondisi itu karena Surabaya sedang berada di puncak musim penghujan. Diprakirakan curah hujan yang tinggi itu juga akan berlangsung pada awal bulan Januari dan Februari 2025.
“Intensitas (hujan)nya akan tinggi sampai 31 Desember 2024,” kata Taufiq Hermawan Kepala BMKG Juanda dalam wawancara telepon di program Semanggi Suroboyo Radio Suara Surabaya, Jumat (27/12/2024) pagi.
Belum diketahui secara tepat berapa lama durasi hujannya. Namun begitu muncul di citra radar, BMKG Juanda baru bisa memberikan informasi estimasi waktunya sehingga bisa dimanfaatkan oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Surabaya dan dinas lainnya.
Biasanya, lanjut Taufiq, prediksi hujan muncul 60 menit sebelumnya di radar yang dimiliki BMKG Juanda.
Oleh karena curah hujan yang tinggi, pemerintah provinsi Jawa Timur mengajukan perpanjangan operasi modifikasi cuaca sampai tanggal 11 Januari 2025.
Dalam pelaksanaannya, kata Taufiq, operasi ini akan berjalan jika semua informasi yang dikoordinasikan dengan dinas terkait sudah lengkap dan terpenuhi. Seperti daerah mana yang masih hujan, yang tergenang, banjir, serta pengamatan pertumbuhan awan lewat citra radar dan satelit.
Setelah itu, BMKG Juanda akan membuat hujan jatuh sebelum masuk wilayah daratan atau jatuh di laut. Saat ini, Surabaya dan Sidoarjo masuk dalam kategori kawasan prioritas.
Sekadar diketahui, modifikasi cuaca bukan untuk meniadakan hujan, melainkan mengurangi intensitas curah hujan yang ekstrem sehingga menyebabkan bencana hidrometeorologi.
“Modifikasi cuaca itu bukan untuk meniadakan hujan. Kami hanya berupaya mengurangi intensitas curah hujan yang berpotensi ekstrem. Jadi, hujan tetap ada, tapi kita coba cegah supaya tidak terlalu deras dan menyebabkan bencana,” jelas Bayu Rizky Supervisor Kedeputian Modifikasi Cuaca BMKG Juanda waktu mengudara di Radio Suara Surabaya, Senin (23/12/2024).
Dia mengatakan, modifikasi cuaca dilakukan dengan metode penyemaian awan dengan bahan berupa garam sebagai inti kondensasi yang mempercepat pembentukan hujan di area yang lebih aman. Seperti di atas laut atau wilayah tertentu sebelum awan bergerak ke daratan.
Dalam proses penyemaian, garam sekitar 800 kilogram sampai satu ton itu dibawa terbang menggunakan pesawat, dan kemudian disemai ke dalam awan potensial yang kemudian dapat menghasilkan hujan lebat. (ham/ipg)