Senin, 23 Desember 2024

BMKG: Modifikasi Cuaca Bukan untuk Meniadakan Hujan, Hanya Kurangi Intensitas Cuaca Ekstrem

Laporan oleh Billy Patoppoi
Bagikan
Bayu Rizky Supervisor Kedeputian Modifikasi Cuaca BMKG Juanda saat mengudara di Radio Suara Surabaya, Senin (23/12/2024) menjelaskan soal modifikasi cuaca. Foto: Kevin Mg suarasuabaya.net

Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Juanda menjelaskan modifikasi cuaca bukan untuk meniadakan hujan, melainkan mengurangi intensitas curah hujan yang ekstrem sehingga menyebabkan bencana hidrometeorologi.

“Modifikasi cuaca itu bukan untuk meniadakan hujan. Kami hanya berupaya mengurangi intensitas curah hujan yang berpotensi ekstrem. Jadi, hujan tetap ada, tapi kita coba cegah supaya tidak terlalu deras dan menyebabkan bencana,” jelas Bayu Rizky Supervisor Kedeputian Modifikasi Cuaca BMKG Juanda waktu mengudara di Radio Suara Surabaya, Senin (23/12/2024).

Dia mengatakan, modifikasi cuaca dilakukan dengan metode penyemaian awan dengan bahan berupa garam sebagai inti kondensasi yang mempercepat pembentukan hujan di area yang lebih aman. Seperti di atas laut atau wilayah tertentu sebelum awan bergerak ke daratan.

Dalam proses penyemaian, garam sekitar 800 kilogram sampai satu ton itu dibawa terbang menggunakan pesawat, dan kemudian disemai ke dalam awan potensial yang kemudian dapat menghasilkan hujan lebat.

“Garamnya sebetulnya garam food grade biasa, tapi memang sudah dihaluskan, tujuannya supaya tidak jatuh ke permukaan, supaya langsung terbawa angin, langsung masuk (awan) karena sangat ringan. Kalau garam biasa kan masih kasar, kalau ini sudah mendekati seperti susu bubuk formula,” bebernya.

Garam itu bertindak sebagai inti kondensasi yang mempercepat pembentukan tetesan air, sehingga hujan turun lebih cepat di area yang telah ditentukan, seperti di laut atau area aman lainnya, sebelum awan tersebut mencapai daratan.

“Jadi, prinsipnya, sebelum awan-awan dengan potensi hujan lebat memasuki wilayah daratan yang berpotensi terkena bencana, kami tabur garam di atas laut atau di daerah yang lebih aman. Hujan akan turun lebih cepat di sana, jadi intensitas hujan di daratan bisa dikurangi,” tambah Bayu.

Sementara Taufiq Hermawan Kepala BMKG Juanda menambahkan, modifikasi cuaca ini dilakukan untuk membantu mengurangi dampak bencana hidrometeorologi di masa puncak musim hujan, khususnya selama momen Libur Natal 2024 dan Tahun Baru 2025 (Nataru).

“Sekarang ini kita sedang berada di puncak musim hujan, jadi potensi hujan lebat hingga ekstrem sangat besar. Dengan modifikasi cuaca ini, kami berusaha agar intensitas hujan yang turun di daerah rawan bencana, seperti pegunungan dan dataran rendah bisa dikurangi,” jelas Taufiq.

Dia juga kembali menegaskan, modifikasi cuaca bukan bermaksud menghilangkan hujan sama sekali. Menurutnya hujan diperlukan untuk menjaga keseimbangan ekosistem dan kebutuhan pertanian.

“Jadi kita tidak bisa menghentikannya sepenuhnya. Yang kami lakukan adalah mengurangi potensi bencana dengan cara mengontrol intensitasnya,” lanjut Taufiq. (bil/ham)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Pohon Tumbang di Jalan Khairil Anwar

Mobil Tabrak Dumptruk di Tol Kejapanan-Sidoarjo pada Senin Pagi

Truk Tabrak Rumah di Palemwatu Menganti Gresik

Surabaya
Senin, 23 Desember 2024
26o
Kurs