Rabu, 18 Desember 2024

Cicit KH Hasyim Asyari: NU Bukan untuk Kekuasaan, Maka Beradablah dalam Berorganisasi

Laporan oleh Muchlis Fadjarudin
Bagikan
Fahmi Amrullah Hadzik Ketua PCNU Jombang, Jawa Timur. Foto: istimewa

Belakangan, hasrat dan ambisi segelintir orang untuk menyalurkan aspirasinya dalam berorganisasi di lingkungan Nahdlatul Ulama (NU), memicu keprihatinan para ulama. Keprihatinan akan ketidaklaziman tersebut juga disuarakan secara terbuka oleh cicit pendiri NU, yakni Fahmi Amrullah Hadzik.

Saat ditemui sejumlah wartawan, Rabu (18/12/2024), Fahmi yang juga Ketua PCNU Jombang ini, berbicara panjang lebar menanggapi beberapa kader NU yang bersekongkol hendak menggelar Musyawarah Luar Biasa (MLB). Ia mengingatkan agar semua kader NU dapat menjadi teladan, menjaga keadaban dan sopan santun dalam berorganisasi.

Para perintis, lanjut Fahmi, para muassis, sesepuh dan ulama di lingkungan NU sudah menyediakan pola dan tata krama dalam menjalankan jam’iyah dan mengelola jemaah.

“Para muassis dan ulama di lingkungan Nahdlatul Ulama, sudah memiliki tradisi yang luhur dalam berorganisasi. Nilai-nilai yang diwarisi dari Kanjeng Nabi Muhammad,” ujar Fahmi.

Lebih-lebih, jelas Fahmi, NU didirikan oleh para kiai bukan untuk kepentingan sesaat atau apalagi untuk mengejar kekuasaan.

“NU itu, tujuan pendiriannya, adalah untuk membangun peradaban masyarakat dalam beragama. Agar apa? Agar masyarakat dapar hidup rukun sebagai warga negara,” kata Fahmi.

“Mari kita memberikan contoh yang baik sebagai organisasi yang penuh sopan santun serta beradab dengan kesabaran,” jelas dia.

Diingatkan, warga dan kader NU, pantang menjadikan NU sebagai alat mengincar suatu jabatan tertentu. NU, katanya, adalah wadah membangun karakter kemanusiaan dengan menanamkan nilai agama demi terbangunnya suatu peradaban.

Dan, katanya, mematuhi asas-asas berorganisasi adalah termasuk dalam nilai-nilai luhur yang dapat membantu terbentuknya sebuah peradaban.

Taat pada peraturan, AD dan ART, serta ketentuan organisasi, lanjut Fahmi, juga jadi penanda bagi seorang kader telah memahami ajaran kenabian dalam mengelola masyarakat dan umat.

“Lebih baik bersabar. Tidak akan lama kok toh tinggal 2 tahun lagi masa khidmat kepengurusan saat ini. Paling 2026 akhir atau awal tahun 2027 akan dilakukan pemilihan,” bebernya.

Namun, lanjutnya, jika MLB tetap dipaksakan, maka akan menjadi contoh yang buruk buat generasi mendatang dan NU tidak berbeda dengan organisasi yang hanya untuk kepentingan saat atau kekuasaan.

“Mari kita sama-sama berpikir dengan tenang dan jernih. Jika MLB dipaksakan selain membuang energi juga akan sulit dilakukan,” ujarnya.

Bahkan, katanya, akan sulit dilaksanakan, karena setidaknya mesti dapat persetujuan 50 persen plus 1 PCNU serta jajarannya.

“Ya sekali lagi saya tekankan untuk bersabar nggak lama kok. Nanti bisa bertarung resmi. Dan itu tidak lama kok,” tegasnya.

Saat disinggung asal mula munculnya gagasan MLB, Fahmi menjelaskan, hal ini karena adanya kekecewaan beberapa orang yang berseberangan dengan PBNU, serta mau melibatkan NU sebagai organisasi politik praktis.

Wacana MLB ini, katanya, tidak murni karena urusan organisasi tapi lebih karena ambisi orang perorang semata.

“Jangan bawa NU ke ranah politik dan Alhamdulillah dalam proses pilkada serentak kemarin kita lolos tidak melibatkan NU ke politik praktis. Khususnya PCNU Jombang bahkan yang jadi calon dua-duanya kader NU,” pungkasnya. (faz/iss)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Pohon Tumbang di Jalan Khairil Anwar

Mobil Tabrak Dumptruk di Tol Kejapanan-Sidoarjo pada Senin Pagi

Truk Tabrak Rumah di Palemwatu Menganti Gresik

Surabaya
Rabu, 18 Desember 2024
34o
Kurs