Sabtu, 23 November 2024

Hadiri Kirap Ketupat, Cara Emil Dardak Melepas Rindu dengan Warga Trenggalek

Laporan oleh Zumrotul Abidin
Bagikan
Emil Dardak diajak berswafoto warga usai kirap ketupat di Trenggalek, Jumat (22/6/2018). Foto: Istimewa

Selama empat bulan terakhir ini, Emil Dardak telah berpisah sementara dengan warga Trenggalek untuk menjalani cuti kampanye Pilkada Jatim 2018.

Kehadiran Emil dan Arumi Bachsin, istrinya, dalam perayaan Hari Raya Ketupat di Kecamatan Durenan Trenggalek, Jumat (22/6/2018), seolah menjadi obat rindu warga Trenggalek terhadap bupatinya.

Emil dan Arumi disambut warga saat ikut memberangkatkan kirap tumpeng Ketupat yang merupakan tradisi tahunan ini. Bahkan tak sedikit dari warga yang berebut berjabat tangan dan ber-swafoto dengan Emil.

Arumi Bachsin tampak bersemangat mengikuti pawai tumpeng ketupat yang diarak keliling kampung itu. Setelah diarak keliling kampung, lalu tumpeng atau gunungan ketupat ini diperebutkan masyarakat di depan Masjid Bhabul Ulum Durenan untuk mengambil berkah di lebaran ketupat ini.

“Lama tidak berjumpa tentunya kami sangat merindukan sosok beliau di Trenggalek. Kita lihat tadi antusias warga Durenan sangat luar biasa menyambut kedatangan Mas Emil, saya sampai menitikkan air mata,” kata Siti Nihayah salah satu tokoh masyarakat di Durenan.

Siti mengaku sangat senang sekali ketika mendengar Emil Dardak dan Arumi Bachsin hadir dalam acara yang sudah menjadi tradisi turun temurun di Trenggalek.

“Masyarakat senang sekali. Ini menjadi kado terindah bagi masyarakat Durenan,” ungkapnya

Siti juga ikut mendukung niatan Emil maju Pilgub Jatim mendampingi Khofifah. Menurutnya, karena Emil merupakan pemimpin yang cerdas dan bisa menyejahgerakan masyarakat Trenggalek dan Jawa Timur.

“Saya menganggap beliau seorang pemimpin yang pintar selain itu mau terjun langsung ke masyarakat,” katanya.

Hari Raya Ketupat sendiri merupakan salah satu budaya kearifan lokal yang dijaga kelestariannya.

Sejarah dirayakan Lebaran Ketupat ini berawal dari kebiasaan ulama besar di Trenggalek, Mbah Mesir pada sekitar abad XIX yang melakukan sowanan ke Bupati dan melanjutkan puasa sunah syawal sampai hari ketujuh.

Pada hari ketujuh syawal ini masyarakat Durenan menyambut tokoh panutannya pulang ke kampung halaman dengan suka cita, yang sekarang ini lekat dengan istilah lebaran ketupat.

Dalam filosofi Jawa, hidangan ketupat disaat lebaran bukanlah sekadar hidangan khas hari raya, melainkan memiliki makna khusus. Ketupat merupakan kependekan dari ngaku lepat dan laku papat. Ngaku lepat artinya mengakui kesalahan dan laku papat artinya empat tindakan yakni lebaran, luberan, leburan, laburan. (bid/tna/ipg)

Berita Terkait

Surabaya
Sabtu, 23 November 2024
28o
Kurs