Menyambut Hari Ibu yang jatuh pada 22 Desember 2024 mendatang, Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi Almamater Wartawan Surabaya (Stikosa-AWS) bersama Munio, menggelar diskusi publik tentang “Mencari Ibu”, Kamis (12/12/2024).
Suko Widodo Pakar Komunikasi Politik Universitas Airlangga (Unair) dalam kesempatan itu mengatakan, tema “Mencari Ibu” dipilih bukan hanya untuk menyambut perayaan Hari Ibu saja, tapi juga karena terjadinya pergeseran peran perempuan.
“Akibat digitalisasi, peran perempuan kini mengalami pergeseran nilai. Khususnya ibu-ibu,” terang Suko Widodo saat ditemui suarasurabaya.net, Kamis (12/12/2024).
Suko mencontohkan, saat ini banyak ibu-ibu yang diasuh oleh media sosial. Hal ini menyebabkan perempuan yang seharusnya bisa memainkan perannya lebih besar, kini mulai berkurang.
“Seperti satu hal yang kami soroti adalah keterwakilan perempuan di parlemen. Hitungan idealnya kan harusnya 30 persen, tapi dalam realitanya, itu tidak terwujud salah satunya karena perempuan tidak memanfaatkan kesempatan yang ada,” ungkapnya.
Hasil ini ditemukan Suko setelah melakukan kajian secara online maupun offline.
“Karena ini adalah diskusi publik, temuan itu saya paparkan di sini. Hasilnya, perempuan disarankan untuk banyak bersuara soal apapun tidak hanya soal politik saja,” jelasnya.
Sementara itu, Jokhanan Kristiyono Ketua Stikosa-AWS mengatakan, kegiatan diskusi publik dengan Munio, selama tiga bulan terakhir ini kerap dilakukan, dengan mengambil tema-tema berbeda dan yang sedang dibahas.
“Kenapa rutin? Karena berdialog ini menjadi metode pembelajaran baru yang kami nilai paling mudah masuk ke mahasiswa,” katanya.
Beda dengan konsep seminar, lanjut Jokhanan, diskusi publik oleh Munio dan Stikosa-AWS ini adalah ruang diskusi yang konteksnya sangat akademis. Seperti, penyajian data dan fakta-fakta yang kemudian menjadi bahan diskusi bersama.
Jokhanan menyatakan, Stikosa-AWS memberikan dukungan penuh terhadap acara seperti ini.
“Karena ini juga sebagai kegelisahan kami sebagai lembaga pendidikan, kampus tertua ilmu komunikasi di Surabaya Timur. Sebagai kampus yang mengawali keilmuan ini, harus mulai beranjak terutama terkait metode pembelajaran,”tutupnya. (kir/bil/ham)