Adik Dwi Putranto Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri Jawa Timur (Kadin Jatim) optimis pertumbuhan ekonomi Jatim tahun depan bakal lebih tinggi dibandingkan nasional, meski kondisi ekonomi global belum pasti.
Menurutnya Jatim punya fundamental ekonomi yang cukup kuat, mulai dari industri pengolahan, perdagangan, pertanian hingga Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). Apalagi sektor pariwisata Jatim juga mulai bergerak naik.
“Semua saling menopang dan menjadi simpul yang tak mudah tergoyahkan. Saya optimistis, tahun depan ekonomi Jatim bakal tumbuh diatas nasional, mungkin disekitar 5,5 hingga 6 persen atau bahkan lebih,” ungkapnya di Graha Kadin Jatim, Surabaya, Kamis (12/12/2024).
Untuk struktur ekonominya, Adik mengungkapkan tetap sama dengan kontribusi terbesar yaitu industri manufaktur atau pengolahan, termasuk industri hilir. “Sektor ini masih menjadi andalan utama Jawa Timur,” katanya.
Ia menegaskan, ada banyak investasi yang masuk di sektor tersebut. Di Gresik misalnya, ada Smelter Freeport dengan nilai investasi sebesar Rp 56 triliun yang telah diresmikan Joko Widodo Presiden ke-7 RI pada September 2024 lalu.
Juga industri kaca Xinyi Glass Indonesia di JIIPE dengan nilai investasi di tahap pertama sebesar Rp 10,5 triliun. Produksi kedua perusahaan pengolahan raksasa itu untuk memenuhi pasar luar negeri.
Berdasarkan data Kementerian Investasi/BKPM, realisasi investasi Jatim pada Triwulan III Tahun 2024 mencapai Rp 39,69 triliun. Dari angka tersebut, realisasi Penanaman Modal Asing (PMA) sebesar Rp 13,88 triliun dan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) mencapai Rp 25,81 triliun.
Angka ini menunjukkan peningkatan sebesar 2 persen secara tahunan (year on year) dan 11,6 persen secara triwulanan (Q to Q). Total capaian kumulatif Januari hingga September 2024 mencapai Rp 111,4 triliun, yang berarti telah mencapai 74,9 persen dari target BKPM sebesar Rp 148,8 triliun dan 96,9 persen dari target Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Jawa Timur sebesar Rp 115 triliun
“Pastinya ini akan berdampak positif terhadap kinerja industri pengolahan di Jatim, juga akan mendongkrak realisasi perdagangan ke berbagai negara,” kata Adik.
Sementara untuk ekspor, khususnya non migas, ia mengatakan memang pasar masih belum stabil karena dibayangi ketidakpastian ekonomi global. Berbagai tantangan harus mampu ditaklukkan.
“Harus lebih agresif mencari pasar ekspor non tradisional, walaupun pasar tradisional masih menjanjikan, tetapi ini untuk mengantisipasi jika nanti terjadi gejolak,” ungkapnya.
Tetapi Jatim patut bangga karena ditengah ketidakpastian tersebut, realisasi ekspor non migas Jatim sepanjang tahun ini sangat bagus.
Dari data Badan Pusat Statistik Jatim diketahui realisasi ekspor non migas dari Januari hingga Oktober 2024 tercatat mencapai US$ 20,699 miliar, naik 25,5 persen dibanding tahun lalu pada periode yang sama sebesar US$ 16,481 miliar.
Optimisme juga terjadi di sektor pertanian. Menurut Adik, Prabowo Subianto Presiden memiliki keinginan kuat untuk mewujudkan swasembada pangan di tahun depan dengan berbagai stimulus yang digelontorkan, baik di pertanian pangan seperti padi dan jagung atau di perkebunan khususnya gula.
“Jatim adalah salah satu lumbung pangan nasional. Ketika target produksi pangan secara nasional naik, maka produksi pangan di Jatim pasti akan dipacu naik. Dan saya yakin kinerja sektor pertanian yang menjadi kontributor terbesar ketiga terhadap PDRB Jatim tersebut bakal mengalami kenaikan lebih tinggi dibanding tahun ini,” bebernya.
Apalagi jalur distribusi darat di wilayah Jatim telah tersambung hingga Banyuwangi. “Kita ini punya segalanya, pelabuhan kita punya, penerbangan juga, bahkan saat ini Kediri juga telah dibuka bandar udara taraf internasional. Tinggal bagaimana kita memaksimalkan,” tegasnya.
Untuk itu, Adik berharap mampu menjaga stabilitas politik dan menjaga iklim berusaha yang baik, memberikan kemudahan perizinan serta berupaya inflasi tetap terjaga. “Juga ketepatan pemerintah dalam mengambil kebijakan.itu yang terpenting,” katanya.
Terkait kinerja UMKM, ia mengatakan harus cerdas melihat peluang. “Ada pasar yang belum digarap secara maksimal oleh UMKM Jatim, salah satunya adalah pasar digital. Ekonomi digital saat ini merajai dan UMKM harus mengambil peran lebih besar. Dari data yang kami peroleh, ada sekitar Rp 700 triliun transaksi di e-commerce dalam setiap tahun, namun produk dari Indonesia hanya menikmati 8% saja. Ini yang menjadi persoalan,” katanya.
Karena itulah, Adik mengimbau UMKM melakukan upgrade kemampuan berjualan secara digital. “Perlu sentuhan semua pihak, stakeholder harus bergerak bersama, khususnya pemerintah,” pungkasnya. (bil/ham)