Jumat, 31 Januari 2025

Perhatikan Pilihan Sarapan untuk Cegah Penumpukan Lemak di Sekitar Otot Paha

Laporan oleh Billy Patoppoi
Bagikan
Ilustrasi - Seorang wanita sedang memakan salad. Foto: iStock

Para peneliti mendapati bahwa mengonsumsi makanan ultra-proses dapat menyebabkan peningkatan penumpukan lemak di sekitar otot paha, bahkan jika seseorang tidak mengonsumsi kalori ekstra atau melewatkan olahraga.

Dilansir dari Antara, Senin (9/12/2024), penelitian terbaru yang dipresentasikan pada pertemuan tahunan Radiological Society of North America (RSNA) menunjukkan bahwa efek konsumsi makanan ultra-olahan dapat melampaui penambahan berat badan, dan memengaruhi komposisi otot.

Adapun makanan ultra-proses seperti margarin, camilan dalam kemasan, minuman ringan, minuman berenergi, permen, makanan penutup, pizza beku, makanan siap saji, dan roti yang diproduksi secara massal

Selain itu, makanan ultra-proses yang biasanya disantap untuk sarapan seperti sereal, makanan beku, minuman ringan, dan camilan dalam kemasan itu juga dapat meningkatkan risiko osteoartritis lutut.

Makanan olahan dirancang untuk bertahan lebih lama dan menarik konsumen dengan rasanya yang menarik berkat campuran sempurna gula, lemak, garam, dan karbohidrat yang bisa mengaktifkan sistem penghargaan otak.

Meskipun dapat memuaskan keinginan, penelitian telah menunjukkan bahwa konsumsi makanan ultra-proses dapat meningkatkan risiko obesitas dan gangguan metabolisme. Para periset meneliti hubungan asupan makanan ultra-proses dan lemak intramuskular di paha.

Menurut Zehra Akkaya, penulis penelitian tersebut, riset ditujukan untuk menyelidiki dampak kualitas diet, khususnya peran makanan ultra-proses, dalam kaitannya dengan lemak intramuskular di otot paha yang dinilai berdasarkan hasil pemeriksaan MRI.

“Ini adalah studi pencitraan pertama yang meneliti hubungan antara kualitas otot rangka berbasis MRI dan kualitas diet,” katanya dalam siaran pers.

Studi tersebut meneliti kualitas diet 666 individu yang menjadi bagian dari Osteoarthritis Initiative tetapi belum mengalami osteoartritis menurut hasil pemeriksaan MRI.

Hasil pemeriksaan MRI mereka yang mengonsumsi makanan olahan menunjukkan tanda-tanda kerusakan otot atau degenerasi pada paha, tempat serat otot normal secara bertahap digantikan oleh lemak.

Ketika otot paha rusak, risiko muncul dan berkembangnya osteoartritis lutut menjadi lebih besar.

“Pada populasi orang dewasa yang berisiko tetapi tidak mengalami osteoartritis lutut atau pinggul, mengonsumsi makanan ultra-proses dikaitkan dengan peningkatan lemak di dalam otot paha. Temuan ini berlaku terlepas dari kandungan energi makanan, indeks massa tubuh, faktor sosiodemografi, atau tingkat aktivitas fisik,” kata Dr. Akkaya. (ant/nis/bil/ham)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Awan Lentikulari di Penanggungan Mojokerto

Evakuasi Babi yang Berada di Tol Waru

Pohon Tumbang di Jalan Khairil Anwar

Mobil Tabrak Dumptruk di Tol Kejapanan-Sidoarjo pada Senin Pagi

Surabaya
Jumat, 31 Januari 2025
28o
Kurs