Minggu, 19 Januari 2025

TEDxSurabaya Youth Dorong Peran Serta Perempuan Bisa Setara di Dunia Digital

Laporan oleh Akira Tandika Paramitaningtyas
Bagikan
Empat pembicara anak-anak dalam sesi "Peningkatan Peran Perempuan di Teknologi" di gelaran TEDxSurabaya Youth: Re(k)generation. Mereka di antaranya, Felisha P Prasetyo (kerudung hitam pojok kanan), Alexia Z Fortunata, Iga Sekar Tri Anjani (jeans biru) dan Winda Destiana (sebelahnya sekar). Foto: Nisa Mg suarasurabaya.net

TEDxSurabaya Youth kembali digelar mengusung tema Re(k)Generation, Sabtu (7/12/2024). Tema itu menggabungkan kata Rek dan Regeneration. Rek sendiri adalah Bahasa kasual di Surabaya yang biasa digunakan untuk memanggil teman.

Pertemuan ini mendorong banyak orang untuk bersatu, berinovasi, dan menumbuhkan kembali kemungkinan-kemungkinan bagi komunitas melalui wawasan, ide, dan pengalaman para pembicara muda.

Acara itu menampilkan berbagai tema dalam konferensinya, yang salah satunya membahas Peningkatan Peran Perempuan di Teknologi.

Ada empat yakni Felisha P Prasetyo, Alexia Z Fortunata, Iga Sekar Tri Anjani, dan Winda Destiana. Mereka tergabung dalam Digital Skill Program yang dibentuk atas Kerjasama Unicef, ITS, dan Dinas Pendidikan di Jatim. Keempatnya menjelaskan tentang dampak yang dirasakan, hingga keterlibatan perempuan dalam dunia digital.

Winda Destiana pada kesempatan itu memaparkan bahwa perempuan dan laki-laki memiliki peran yang setara. Karenanya pada dunia digital ini, perlu ditingkatkan pemikiran yang mendiskreditkan perempuan.

“Dalam berkarir di dunia digital kita semua memiliki peran yang sama. Kita tidak boleh kemakan omongan orang lain hanya karena kita adalah perempuan,” ujar Winda dalam keterangannya, Sabtu (7/12/2024).

Alexia Z Fortunate turut menambahkan bahwa perempuan harus percaya diri, dan memiliki prinsip bahwa perempuan juga dapat berkembang di dunia teknologi ini.

“Dunia teknologi bukan bidang yang dikhususkan untuk laki-laki saja,” lanjutnya.

Pada kesempatan yang sama, mereka juga memberikan tips dan trik untuk bisa menyeimbangkan antara kegiatan belajar dan hobi yang dilakukan.

Iga Sekar Tri Anjani mengungkapkan bahwa siswa harus bisa pandai-pandai membagi waktu antara mengerjakan tugas, melakukan hobi, dan aktif dalam kegiatan organisasi.

“Dalam hal ini harus ada satu hal yang dikorbankan, biasanya yang dikorbankan adalah waktu tidur,” ujar Sekar sapaan akrabnya.

Bagi perempuan, banyak stigma di masyarakat yang kadang menjadi hambatan bagi perempuan untuk mencoba belajar di dunia digital.

Mereka kompak menyuarakan untuk tidak mendengarkan stigma tersebut di masyarakat, karena dunia digital bukanlah suatu bidang yang hanya dikhususkan untuk laki-laki saja.

Di akhir acara Mereka merekomendasikan para pelajar SMA untuk bergabung dalam Digital Skill Program, karena program ini menawarkan banyak manfaat yang bisa dirasakan para siswa untuk meningkatkan skill dalam dunia digital.

Selain meningkatkan skill di dunia digital, Sekar menjelaskan dengan mengikuti program ini juga dapat meningkatkan skill bersosialisasi, karena bertemu dan mengenal banyak orang.

Sekar berharap ke depannya masyarakat bisa semakin melek teknologi dan menggunakan teknologi tepat guna agar bisa bermanfaat untuk masyarakat.

Untuk diketahui Digital Skill Program adalah program yang berisi design thinking, internet of things, dan yang terakhir adalah pembuatan website.

Program tersebut berdurasi selama enam bulan dengan tugas akhir berupa Bakti Karya Digital yang mana kegiatan tersebut digunakan untuk membantu masyarakat khususnya para pelaku UMKM untuk meningkatkan usahanya. (nis/bil/iss)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Awan Lentikulari di Penanggungan Mojokerto

Evakuasi Babi yang Berada di Tol Waru

Pohon Tumbang di Jalan Khairil Anwar

Mobil Tabrak Dumptruk di Tol Kejapanan-Sidoarjo pada Senin Pagi

Surabaya
Minggu, 19 Januari 2025
25o
Kurs