Senin, 23 Desember 2024

China Merespons Ancaman Donald Trump terhadap Negara-negara BRICS

Laporan oleh Muhammad Syafaruddin
Bagikan
Lin Jian Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China. Foto: Radio Cina Internazionale

Pemerintah China menanggapi ancaman Donald Trump Presiden terpilih Amerika Serikat yang menyebut akan mengenakan tarif 100 persen terhadap negara-negara BRICS kalau tidak membatalkan rencana menggunakan mata uang alternatif selain Dollar AS.

“Sebagai platform kerja sama yang penting bagi pasar-pasar baru dan negara-negara berkembang, BRICS menganjurkan keterbukaan, inklusivitas, dan kerja sama yang saling menguntungkan, bukan konfrontasi blok serta tidak menargetkan pihak ketiga mana pun,” kata Lin Jian Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China dalam konferensi pers di Beijing, Selasa (3/12/2024).

Pada Sabtu (30/11/2024), Donald Trump menuliskan di platform media sosial miliknya, Truth Social yaitu “Gagasan bahwa negara-negara BRICS berusaha untuk menjauh dari Dollar, sementara kami hanya berdiam diri dan mengawasi, sudah BERLALU.”

“Kami memerlukan komitmen dari negara-negara ini bahwa mereka tidak akan menciptakan Mata Uang BRICS yang baru, atau mendukung Mata Uang lain untuk menggantikan Mata Uang Dolar AS yang perkasa,” kata Trump dikutip dari Antara, Rabu (4/12/2024).

Trump melanjutkan, bila meneruskan rencana tersebut, negara-negara BRICS akan menghadapi tarif 100 persen, serta harus mengucapkan “selamat tinggal pada penjualan berbagai produk mereka ke wilayah perekonomian AS yang luar biasa.”

Dia menekankan, negara mana pun yang berupaya menggantikan Dollar AS dalam perdagangan internasional akan “mengucapkan selamat tinggal kepada Amerika”.

Lin Jian menegaskan, tujuan BRICS adalah untuk mewujudkan pembangunan dan kemakmuran bersama.

“China siap untuk terus bekerja sama dengan mitra-mitra BRICS untuk memperdalam kerja sama praktis di berbagai bidang dan memberikan lebih banyak kontribusi bagi pertumbuhan ekonomi dunia yang berkelanjutan dan stabil,” tambah Lin Jian.

BRICS didirikan pada 2009 dengan anggota Brasil, Rusia, India, dan China, serta Afrika Selatan yang bergabung pada 2011, yang kemudian akronim dibentuk dari huruf pertama negara anggota tersebut.

Blok itu sekarang telah diperluas mencakup Iran, Mesir, Ethiopia, dan Uni Emirat Arab yang bergabung pada Desember 2023. Tapi, kelompok tersebut memutuskan untuk tetap menggunakan nama BRICS.

Arab Saudi dilaporkan belum meresmikan partisipasinya walau sudah mengambil bagian dalam pertemuan-pertemuan BRICS.

Rusia menjadi ketua bergilir blok tersebut sejak 1 Januari 2024. Tahun ini dimulai dengan masuknya anggota baru ke dalam asosiasi tersebut, Indonesia juga sudah menyatakan keinginannya untuk bergabung dengan BRICS.

Negara-negara BRICS dalam beberapa tahun terakhir meningkatkan langkah-langkah untuk menurunkan ketergantungan mereka pada Dollar AS dalam melakukan perdagangan internasional.

Mereka bertujuan menggunakan mata uang mereka sendiri untuk mematahkan hegemoni Dollar dalam perdagangan internasional.

Secara akumulasi, populasi penduduk BRICS mencakup 43 persen populasi dunia. Nilai perdagangannya mencapai 16 persen perdagangan global. BRICS juga menyumbang seperempat dari ekonomi global, mencakup seperlima dari perdagangan global.(ant/nis/rid)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Pohon Tumbang di Jalan Khairil Anwar

Mobil Tabrak Dumptruk di Tol Kejapanan-Sidoarjo pada Senin Pagi

Truk Tabrak Rumah di Palemwatu Menganti Gresik

Surabaya
Senin, 23 Desember 2024
31o
Kurs