Konsumsi makanan atau minuman manis membuat kadar gula darah melonjak. Selain itu, tubuh akan memproduksi insulin guna membantu gula masuk ke sel-sel tubuh sebagai energi.
Dilansir dari Antara pada Senin (2/12/2024), konsumsi gula terlalu sering dan berlebihan membuat tubuh bisa menjadi resisten terhadap insulin.
Kondisi ini disebut insulin resistance dan dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan, termasuk gangguan pada fungsi otak. Berikut beberapa efek negatif gula pada otak:
1. Gangguan Kognitif
Konsumsi gula berlebih dapat secara signifikan mengganggu fungsi kognitif kita. Otak kita sangat bergantung pada glukosa sebagai sumber energi utama.
Namun, lonjakan gula darah yang drastis dan terus-menerus akibat konsumsi gula berlebihan dapat mengganggu keseimbangan ini.
Akibatnya, kemampuan kita untuk berpikir jernih, mengingat informasi, dan berkonsentrasi bisa terganggu.
Selain itu, gula juga dapat merusak ujung-ujung saraf (neuron) yang berperan dalam transmisi sinyal di otak, sehingga memperlambat proses berpikir dan membuat kita merasa foggy.
2. Peradangan
Gula tidak hanya menyebabkan lonjakan gula darah, tetapi juga memicu respons inflamasi dalam tubuh. Peradangan kronis yang disebabkan oleh konsumsi gula berlebih dapat merusak jaringan otak dan mengganggu fungsi normalnya.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa gula dapat meningkatkan produksi protein yang disebut advanced glycation end products (AGEs), yang dapat menempel pada protein lain di otak dan menyebabkan kerusakan.
Peradangan kronis di otak juga dikaitkan dengan peningkatan risiko penyakit neurodegeneratif seperti Alzheimer dan Parkinson.
3. Depresi dan Gangguan Mood
Hubungan antara gula dan mood mungkin terdengar mengejutkan, namun penelitian menunjukkan bahwa ada korelasi yang kuat antara keduanya.
Ketika kita mengonsumsi makanan manis, kadar gula darah kita akan melonjak, diikuti oleh penurunan yang drastis.
Fluktuasi gula darah yang ekstrem ini dapat mengganggu keseimbangan hormon dalam tubuh, termasuk hormon serotonin yang berperan dalam mengatur suasana hati.
Serotonin yang rendah dikaitkan dengan depresi dan kecemasan. Selain itu, gula juga dapat memengaruhi produksi hormon stres seperti kortisol, yang dapat memperburuk gejala depresi.
4. Kecanduan
Mungkin terdengar berlebihan untuk menyebut gula sebagai zat adiktif, namun penelitian menunjukkan bahwa gula dapat memicu mekanisme penghargaan di otak yang serupa dengan zat adiktif lainnya seperti kokain dan nikotin.
Ketika kita mengonsumsi makanan manis, otak akan melepaskan dopamin, neurotransmitter yang terkait dengan perasaan senang dan kepuasan.
Seiring waktu, otak dapat menjadi lebih toleran terhadap dopamin, sehingga kita perlu mengonsumsi gula dalam jumlah yang semakin banyak untuk mendapatkan efek yang sama. Hal ini dapat menyebabkan siklus kecanduan yang sulit dihentikan. (ant/kev/saf/ipg)