Dengan diberlakukannya kesepakatan gencatan senjata pada Rabu (27/11/2024) pagi, badan kemanusiaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) bersama mitra-mitranya mulai bergerak untuk menyalukan bantuan kepada masyarakat.
“Badan kemanusiaan akan terus merespons untuk menjangkau orang-orang yang membutuhkan,” kata Tom Fletcher Wakil Sekretaris Jenderal (Wasekjen) PBB untuk urusan kemanusiaan dan koordinator bantuan darurat di platform media sosial X, melansir Antara, Kamis (28/11/2024).
PBB menyatakan bahwa gencatan senjata antara Israel dan Lebanon memberikan harapan besar untuk mengakhiri penderitaan akibat salah satu krisis kemanusiaan paling parah dalam satu generasi.
Pada hari pertama gencatan senjata, 11 truk dari Komisariat Tinggi PBB untuk Pengungsi (UNHCR) mendistribusikan bantuan darurat kepada lebih dari 3.000 orang di Baalbek.
Bantuan tersebut mencakup selimut, kasur, jaket musim dingin, lembarang plastik, lampu tenaga surya, dan alas tidur untuk membantu masyarakat menghadapi suhu dingin ekstrem.
“Segera setelah gencatan senjata mulai berlaku pada pukul 04.00 waktu setempat, penduduk Lebanon selatan, pinggiran selatan Beirut dan (Lembah) Bekaa mulai kembali ke rumah mereka setelah terpaksa mengungsi selama berbulan-bulan,” kata UNHCR.
UNHCR menegaskan akan terus bekerja sama dengan otoritas lokal dan mitra setempat untuk memastikan bantuan mencapai warga terdampak, membantu mereka tetap hangat dan aman selama musim dingin. Sejak 23 September, UNHCR telah mengirimkan lebih dari 330.000 barang bantuan kepada lebih dari 190.000 orang di Lebanon.
Sementara itu, Dana Anak-anak PBB (Unicef) terus membantu anak-anak yang terdampak parah oleh konflik tersebut, dan memberikan bantuan psikologis darurat kepada ribuan anak dan pengasuh mereka. Sejak September, UNICEF telah menjangkau lebih dari 9.000 anak dan pengasuhnya dengan bantuan psikologis.
“Upaya mendesak harus segera dimulai untuk memastikan perdamaian ini dapat dipertahankan,” ujar Catherine Russell Direktur Eksekutif Unicef.
Russel menambahkan bahwa anak-anak dan keluarga harus dapat kembali kepada komunitas yang aman, terutama mereka yang mengungsi di tempat penampungan dan komunitas penampung.
“Perlindungan bagi anak-anak dan keluarga mereka harus tetap menjadi inti dari segala upaya untuk menstabilkan situasi dan mendukung pemulihan,” kata dia.
Kebutuhan kemanusiaan di Lebanon berada di tingkat yang belum pernah tercatat sebelumnya. PBB dan para mitranya membutuhkan akses yang cepat, aman, dan tanpa hambatan sehingga bantuan dapat menjangkau mereka yang membutuhkan, ungkap Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA).
Konflik antara Israel dan Hizbullah telah menghancurkan kehidupan banyak orang, dengan lebih dari 3.800 orang tewas, 15.800 terluka, dan hampir 900.000 orang terpaksa menjadi pengungsi internal, serta lebih dari setengah juta orang pergi melintasi perbatasan untuk mengungsi, otoritas Lebanon memaparkan.
“Kehancuran yang terjadi pada rumah, layanan kesehatan, dan mata pencarian sangatlah mencengangkan,” kata OCHA.
OCHA mengatakan bahwa badan dunia itu akan terus mendukung pemerintah Lebanon dan mitra-mitranya. (ant/vin/bil/ham)