Satu hingga dua tahun belakangan ini, kehadiran guru gen-z menjadi perhatian. Selain dinilai memberikan warna baru, guru gen-z ternyata bisa membuat siswa lebih terbuka.
Hal itu seperti yang dialami Elvira Pancha Hutami, salah seorang guru muda di SMK Negeri 4 Surabaya.
Elvira mengaku mengajar murid-murid yang umurnya tidak beda jauh dengannya, seperti berkomunikasi dengan adik sendiri.
“Sebenarnya seru banget mengajar murid-murid ini. Apalagi berbagi pengalaman, ilmu, dengan anak-anak yang sebenarnya usia kami nggak jauh-jauh amat. Rasanya seperti mengajar adik sendiri,” terangnya saat dihubungi suarasurabaya.net, Selasa (26/11/2024).
Kedekatan ini, lanjut Elvira, membuat murid-murid lebih terbuka padanya. Bercerita apapun layaknya teman.
“Kalau dulu, mana mungkin siswa berani cerita pada guru. Tapi kalau sekarang, mereka bisa lebih terbuka. Bahkan, mereka juga berani datang ke ruang bimbingan konseling (BK) untuk berkonsultasi,” ungkapnya.
Kondisi ini, dimaklumi oleh Elvira karena kesibukan orang tua, sehingga tidak memiliki waktu untuk anak.
Kedekatan guru dan siswa, menurut Elvira, tidak hanya mendatangkan sisi positif saja. Beberapa ada yang menganggap bahwa hal ini bisa merusak marwah guru.
“Tapi memang ada beberapa orang yang mengatkan kalau kedekatan guru gen-z dengan murid ini dianggap merusak marwah seorang guru yang harusnya disegani dan dihormati. Padahal, meski dekat dengan murid, saya juga memiliki batasan kepada mereka. Karena lagi-lagi saya tetap guru mereka,” jelasnya.
Sementara itu, bagi Elvira, meski peringatan Hari Guru Nasional telah berlangsung pada 25 November 2024 kemarin, dia mengaku turut bangga menjadi bagian dari seorang pengajar.
“Untuk pertama kalinya aku dapat ucapan terima kasih dari murid yang aku ajar. Ini seperti pride tersendiri bagi seorang gen-z. Aku juga jadi merasakan bagimana susahnya menjadi seorang guru, memberikan teladan bagi murid-murid,” tandasnya.(kir/iss/ipg)