Dukungan 18 partai politik (Parpol) yang menjadikannya calon tunggal di Pemilihan Wali Kota (Pilwali) Surabaya, menurut Eri Cahyadi bukan sekedar soal kekuatan politik.
Melainkan, hasil dari bentuk persatuan antara eksekutif dalam hal ini pemerintah kota (Pemkot) dan legislatif yaitu Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) yang selama ini sudah dirasakan oleh masyarakat Kota Surabaya.
“Pada waktu pembukaan pendaftaran, saya datang ke semua partai politik. Saya sampaikan ini adalah visi-visi kita kita sudah dirasakan oleh masyarakat, kenapa kita harus berantem lagi? Akhirnya setelah kita lihat visi misi kita, semua kegiatan kita ternyata sama semua. Akhirnya kita sama-sama melepakan kesombongan kita, melepakan ego kita sama-sama untuk warga Surabaya,” ujar Eri Cahyadi dalam program “Wawasan Series Suara Surabaya: Rakyat Memilih“, Senin (18/11/2024).
Dia berpendapat kalau dukungan seluruh parpol itu jadi bukti seluruh elemen yang ada di Surabaya bisa bersatu dalam membangun dan mensejahterakan rakyat Kota Pahlawan. Sehingga, tidak perlu lagi ada perpecahan seperti yang terjadi saat Pilwali pertamanya, pada 2020 lalu.
“Saya merasa cukup sudahlah, Surabaya itu pada periode pertama saya bertarung sangat luar biasa. Bertarung ketat, akhirnya timbul fitnah, saling menjatuhkan, dan akhirnya perpecahan terjadi di masyarakat,” ucapnya.
Eri menceritakan, pada awal menjabat di periode pertama dulu, dia langsung sowan ke seluruh parpol di Surabaya untuk menyatukan visi pembangunan kota. Terlebih, saat itu dunia tengah dilanda Pandemi Covid-19 yang mengharuskan seluruh elemen bekerjasama untuk melewatinya.
Pemerintah daerah, ditegaskannya tak melulu hanya pemerintah kota (pemkot) saja, tapi juga Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD)-nya. Karenanya, Eri mengatakan kebijakan yang diambilnya di awal masa jabatan tidak ada yang bersifat populis dan cenderung kasat mata di awal-awal masa jabatan.
Diantaranya seperti menurunkan angka stunting yang saat itu 28,5 persen, kemiskinan sekitar tujuh persen, dan pengangguran terbuka sekitar sembilan persen.
“Akhirnya saya mengambil kebijakan yang tidak terlihat mata, karena saya harus menyiapkan pemimpin di Kota Surabaya mulai dari anak-anak kita. Saya bicara dengan DPRD, akhirnya saya memutuskan untuk ambil kebijakan UHC (Universal Health Coverage) agar bagaimana kesehatan itu gratis untuk mengurangi pengeluaran warga. Terkait pendidikan, bagaimana menambah kuota untuk pemuda tangguh dan memberikan bantuan untuk SD, SMP, bahkan SMA pun juga kita bantu,” ucapnya.
Menurutnya, kalau dirinya tidak kompak dan satu visi misi dengan DPRD, tidak mungkin anggaran-anggaran tersebut disetujui. Sehingga, tidak akan tercapai penurunan angka stunting yang kini turun menjadi 1,6 persen, kemiskinan turun ke 3,9 persen dan pengangguran terbuka menjadi enam persen.
“Ini adalah bukti kalau sebuah kota itu diawali dengan pertengkaran diawali dengan perdebatan, dengan fitnah, maka tidak akan pernah bisa naik kota itu. Maka hari ini kita bertempur untuk menciptakan kebahagiaan,” pungkasnya.
Sebagai informasi, dalam Pilwali Surabaya 2024, pasangan petahana Eri-Armuji didukung 18 partai politik. Rinciannya, ada sepuluh partai parlemen yakni PDI Perjuangan, PAN, PKS, PKB, PPP, Demokrat, Gerindra, Golkar, Nasdem, dan PSI. Smeentara sisanya ada delapan partai non parlemen yang turut mendukung calon tunggal itu, yakni Hanura, PBB, PKN, Partai Garuda, Gelora, Partai Ummat, Perindo, dan Partai Buruh. (bil/ham)