Jumat, 15 November 2024

Produksi Sampah di Surabaya Mencapai 1.800 Ton per Hari, Bisa Berkurang karena Masyarakat Masif Memilah

Laporan oleh M. Hamim Arifin
Bagikan
Sejumlah petugas Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Surabaya menggelar simulasi penyemprotan larutan organik penahan bau, di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Benowo, Kota Pahlawan, Jawa Timur, Jumat (24/3/2023). Foto: Diskominfo Surabaya

Dedik Irianto Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Surabaya mengatakan, secara teori jumlah sampah yang diproduksi masyarakat Surabaya sebesar 1.800 per hari.

Angka itu didapat dari teori bahwa satu orang bisa memproduksi sampah 0,6 kg. Dengan jumlah masyarakat Surabaya yang berjumlah sekitar 3 juta, maka sampah yang diproduksi sampai 1.800 ton.

Namun begitu, angka itu bisa bertambah jika melihat persebaran penduduk saat siang hari yang bisa mencapai hampir 5 juta. Karena siang hari, Surabaya kedatangan penduduk kota atau kabupaten lain untuk bekerja.

“Hampir dua kali lipatnya. Secara logika, mereka yang datang ke Surabaya setiap hari juga memproduksi sampah,” Dedik dalam program diskusi Semanggi Suroboyo Radio Suara Surabaya FM 100, Jumat (15/11/2024).

Dedik Irianto Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Surabaya dalam program Semanggi Suroboyo, Jumat (15/11/2024). Foto: Kevin Wijaya Mg suarasurabaya.net

Secara riil, jumlah sampah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Benowo berkisar di angka 1.500 ton per hari. Hal itu, menurut Dedik, karena masyarakat sudah mulai melakukan reduksi dan memilah sampahnya yang dihasilkan.

“Kalau riil, setiap harinya di TPA Benowo berkisar antara 1.300 sampai 1.500 ton per hari,” kata Dedik.

Dedik mengaku sangat bersyukur dengan gerakan dari masyarakat yang mulai masif memilah sampahnya, terutama sampah plastik. Dan hal itu didukung dengan adanya Perwali Kota Surabaya Nomor 16 Tahun 2022 tentang Pengurangan Penggunaan Kantong Plastik di Kota Surabaya.

Perwali itu, menurutnya, cukup membantu mengurangi produksi sampah harian di Surabaya. Karena seperti diketahui, tas plastik atau biasa yang disebut kresek, sudah tidak lagi dipakai di minimarket, swalayan, dan toko modern wilayah Surabaya.

“Aturan ini mengurangi produksi sampah 1,5 ton per hari,” kata Dedik.

Dedik bercerita bahwa ada Bank Sampah Berkah di Sukomanunggal. Di sana, masyarakat mengubah sampah plastik menjadi ecobrick atau bisa diartikan sebagai bata ramah lingkungan.

Masyarakat memilah sampah plastik yang low grade, atau yang kurang laku untuk dijual lagi. Plastik itu kemudian dipotong kecil-kecil dan dimasukkan ke dalam botol.

Selain mengurangi jumlah sampah, langkah itu juga bisa menggerakkan ekonomi di sana. Dedik menambahkan, bahwa Bank Sampah Berkah sudah menjual ecobrick tersebut secara online.

“Bahkan dalam suatu bulan, mereka bisa menjual 9.000 botol,” kata Dedik.

Tahap Pengambilan Sampah Rumah

Saat ini, Dinas Lingkungan Hidup terhadap masyarakat atas pembayaran retribusi masih dalam tahap melayani dari Tempat Pembuangan Sementara (TPS) ke TPA. Sedangkan pengambilan sampah dari rumah tinggal ke TPS, masih menggunakan peran masyarakat sendiri.

“Biasanya masyarakat swadaya, urunan menyewa tukang gledek, ngambil sampah di depan rumah mereka diangkut ke TPS,” kata Dedik.

Meski begitu, Dedik berharap, ke depan DLH bisa melayani pengambilan sampah dari depan rumah ke TPS, dan diteruskan ke TPA. (ham/ipg)

Berita Terkait

Surabaya
Jumat, 15 November 2024
32o
Kurs