Stroke merupakan penyebab utama kematian dan kecacatan di seluruh dunia. Banyak kasus stroke berat menyebabkan kecacatan permanen, kerusakan otak jangka panjang, atau kematian dapat dicegah.
“Stroke dapat menyebabkan kecacatan atau bahkan kematian, namun ada sejumlah faktor risiko yang dapat diubah orang dengan perubahan gaya hidup atau pengobatan,” kata Catriona Reddin penulis studi, di University of Galway di Irlandia dikutip dari Antara, Jumat (15/11/2024).
Guna mengetahui faktor risiko apa saja yang memengaruhi stroke berat, para peneliti melakukan studi berskala besar, dengan melibatkan 26.948 peserta dengan usia rata-rata 62 tahun dari 32 negara.
Setengah dari peserta pernah mengalami stroke, sedangkan sisanya tidak. Di antara para penyintas stroke, 4.848 kasus tergolong parah dan 8.612 tergolong ringan hingga sedang.
Pasien digolongkan mengalami stroke parah jika mereka membutuhkan perawatan perawat yang konsisten atau tidak dapat berjalan atau mengurus diri sendiri secara mandiri.
Mereka yang dapat berjalan tanpa bantuan dan hanya memerlukan sedikit bantuan untuk perawatan pribadi dianggap sebagai kasus ringan atau sedang.
Para peneliti kemudian menilai semua peserta untuk faktor risiko stroke seperti tekanan darah tinggi (lebih dari 140/90 mmHg), fibrilasi atrium, diabetes, kolesterol tinggi, merokok, penggunaan alkohol, kualitas diet, gaya hidup yang tidak banyak bergerak, stres, dan kelebihan lemak perut.
Mereka mencatat bagaimana faktor-faktor ini berlaku bagi para peserta yang mengalami stroke parah dan stroke ringan hingga sedang dibandingkan dengan mereka yang tidak mengalami stroke.
Analisis tersebut mengungkapkan bahwa tekanan darah tinggi, fibrilasi atrium, dan merokok, tidak hanya meningkatkan risiko stroke tetapi juga dikaitkan dengan risiko stroke parah yang lebih tinggi.
Memiliki tekanan darah tinggi dikaitkan dengan risiko stroke berat 3,2 kali lebih tinggi dan risiko stroke ringan hingga sedang 2,9 kali lebih tinggi.
Orang dengan fibrilasi atrium menghadapi risiko stroke berat 4,7 kali lebih besar dan kemungkinan stroke ringan hingga sedang 3,6 kali lebih tinggi. Terakhir, merokok meningkatkan risiko stroke berat hingga 1,9 kali dan stroke ringan hingga sedang hingga 1,7 kali, dibandingkan dengan bukan perokok.
“Temuan kami menekankan pentingnya mengendalikan tekanan darah tinggi, yang merupakan faktor risiko stroke paling penting yang dapat dimodifikasi secara global. Hal ini khususnya relevan bagi negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah yang memiliki tingkat tekanan darah tinggi dan stroke yang meningkat pesat pada usia muda,” kata Reddin. (ant/nis/ham/ipg)