Pergerakan harga kebutuhan pokok di Jawa Timur relatif terkendali pada periode Lebaran 2018. Volatilitas harga beberapa komoditas seperti gula, minyak goreng, telur ayam ras, daging ayam ras dan cabai rawit pada periode HBKN 2018 lebih rendah dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
“Hal ini merupakan pertanda positif, karena dengan volatilitas yang rendah bisa diartikan bahwa pergerakan harga lebih stabil dan ekspektasi masyarakat dapat lebih terkendali,” tutur Harmanta Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Timur pada High Level Meeting (HLM) TPID Provinsi Jatim, Kamis (28/6/2018).
Monitoring perkembangan harga dengan menggunakan SISKAPERBAPO dan PIHPS (Pusat Informasi Harga Pangan Strategis) Nasional per tanggal 25 Juni 2018 menunjukkan, bahwa perkembangan harga beberapa komoditas bahan pokok seperti beras, tepung terigu, minyak goreng dan gula pasir tercatat stabil selama periode HBKN. Bahkan, lanjut dia, untuk komoditas beras tercatat mengalami tren penurunan.
“Jika kita melihat dari pola historis selama beberapa tahun terakhir, pergerakan harga di tahun 2018 tercatat lebih smooth dibandingkan dengan tahun sebelumnya dimana harga dapat berubah signifikan setiap hari. Selain itu, level harga komoditas di Provinsi Jatim masih lebih rendah dibandingkan dengan Provinsi lainnya dengan volatilitas yang lebih stabil,” jelasnya.
Berdasarkan pantauan harga SISKAPERBAPO sampai dengan tanggal 25 Juni 2018 pada 8 kabupaten atau kota IHK di Jatim, tercatat komoditas yang memberikan sumbangan inflasi pada bulan Juni 2018 (menjelang Lebaran) adalah daging ayam ras, daging sapi serta cabai rawit yang menunjukkan kenaikan harga yang cukup tinggi. Sementara, kota Surabaya tercatat mengalami deflasi untuk 30 komoditas yang dipantau.
“Penurunan harga beras dan telur ayam yang masih berlanjut di bulan Juni menjadi penyebab utama terjadinya deflasi di Kota Surabaya. Penurunan harga kedua komoditas tersebut juga terjadi di daerah lainnya, namun pada level yang lebih rendah,” tuturnya.
Inflasi Jawa Timur pada awal Ramadhan (Mei) 2018, tercatat jauh lebih rendah dibandingkan dengan periode yang sama dalam kurun waktu 5 (lima) tahun terakhir. Inflasi Jatim pada periode awal bulan Ramadhan adalah sebesar 0,17 persen (mtm), lebih rendah dibanding rata-rata inflasi Jatim selama beberapa tahun terakhir pada awal sampai pertengahan Ramadhan berkisar antara 0,36 persen – 0,60 persen.
Achmad Sukardi Sekretaris Daerah Provinsi Jatim mengungkapkan bahwa stabilnya inflasi pada periode Ramadhan dan Lebaran 2018 ini tidak terlepas dari peran serta seluruh anggota TPID Jatim yang melakukan berbagai upaya untuk mengendalikan inflasi seperti melalui Operasi Pasar Mandiri, Pasar Murah, pengendalian ekspektasi di berbagai media, monitoring bahan pokok dan mudik balik gratis.
Kegiatan operasi pantau pasar yang dilakukan satgas pangan, bahkan juga sangat efektif untuk menekan angka pelanggaran oleh produsen, distributor maupun pihak lainnya.
“Total terdapat 152 kasus dan telah diselesaikan 74,17 persen diantaranya yaitu sebanyak 112 kasus,” tutur Achmad.
Achmad meyakini bahwa stabilitas inflasi Jawa Timur dapat terwujud karena sinergi pemerintah, swasta maupun masyarakat.
Kami meyakini, tingkat inflasi yang terkendali akan mampu mendorong percepatan laju pertumbuhan ekonomi,” pungkas Achmad. (ang/tna/rst)