Anna Fajriatin Kepala Dinas Sosial Kota Surabaya menyebutkan, angka anak jalanan di Surabaya meningkat sejak tahun 2022.
“Menurut data kami, pada tahun 2022, ada sekitar 148 anak. Tahun 2023 menurun jadi 134 anak. Sedangkan tahun 2024 sudah tercatat 167 anak,” terang Anna saat onair di Radio Suara Surabaya dalam program Semanggi Suroboyo, Jumat (8/11/2024).
Anna menyebutkan, penyebaran anak jalanan di Surabaya hampir ada di semua kecamatan. Terutama yang berbatasan dengan kota lain seperti di Kenjeran, Asemrowo, Sukomanunggal, dan perbatasan Waru.
Karena, kata Anna, pergerakan anak-anak jalanan ini dilakukan secara berkelompok. Sehingga tidak hanya mencakup satu kota saja.
Anna menjelaskan, meningkatnya jumlah anak jalanan yang terjangkau oleh Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya, tidak hanya dikarenakan faktor keluarga.
“Yang berkembang sekarang bukan karena faktor keluarga saja yang mempengaruhi anak jalanan. Tapi juga pergaulan, lifestyle, dan mudahnya mengakses informasi dengan memanfaatkan teknologi,” jelasnya.
Menurut Anna, tingkat keingintahuan anak-anak yang cukup tinggi, jika tidak diawasi atau tidak memiliki kesempatan untuk bertanya dengan keluarga, mereka akan mencari orang terdekat lain. Dalam hal ini, adalah teman sebaya.
“Iya kalau teman sebaya itu punya pengaruh baik. Kalau justru memberikan pengaruh buruk, ini yang bahaya,” ungkap Anna.
Sementara itu, Anna juga menjelaskan tentang peran Dinas Sosial dalam menjangkau anak jalanan. Menurutnya, dalam menjangkau anak jalanan, sebenarnya bukan menjadi tugas pokok dan fungsi (tupoksi) Dinas Sosial.
“Kami sering mendapat laporan mengenai anak jalanan. Tapi karena menjangkau mereka sebenarnya bukan tupoksi kami, maka kami teruskan ke Satpol PP, dalam hal ini adalah tim pak Fikser,” ujarnya.
Anna menjelaskan, urutan dari penjangkauan itu dimulai dari Satpol PP. Setelah itu, akan dilakukan pendekatan yang melibatkan OPD terkait, berdasarkan kebutuhan.
“Nanti, kalau sudah outreach bersama, dan memang anak yang dijangkau ini tidak dijemput orang tua, maka akan dibina di Dinas Sosial,” kata Anna.
Anna menerangkan, saat ini Pemkot Surabaya telah memiliki Kampung Anak Negeri yang menejadi wadah sekaligus tempat binaan untuk anak-anak jalanan dan terlantar, yang tidak lagi memiliki orang tua juga keluarga.
Di sana, kata Anna, anak-anak diberi fasilitas pendidikan, kesehatan, tes psikologi, hingga asesmen untuk mengetahui minat dan bakat.
“Selain itu, Pemkot Surabaya saat ini juga memiliki Asrama Bibit Unggul yang ditinggali kurang lebih 167 anak kurang mampu. Mereka ada yang sekolah dan kuliah,” tuturnya.
Anna mengatakan, Asrama Bibit Unggul adalah hasil kolaborasi Pemkot Surabaya, stakeholder, masyarakat, hingga pengusaha dalam memberikan fasilitas terbaik untuk anak-anak kurang beruntung. (kir/ham)