Selasa, 5 November 2024

Pakar: Perlu Kolaborasi dan Infrastruktur TI yang Andal untuk Deteksi Dini Ancaman Siber

Laporan oleh Risky Pratama
Bagikan
Ilustrasi kejahatan siber. Foto: Pixabay

Supangat Dosen Fakultas Sistem Teknologi dan Informasi (Sistekin) Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Surabaya, mengingatkan pentingnya keamanan siber di Indonesia.

Hal itu ia tekankan, karena tahun ini masih banyak serangan siber yang menyasar berbagai kalangan, mulai dari masyarakat hingga pejabat pemerintahan.

“Di tengah era digital saat ini, kebutuhan akan keamanan siber telah menjadi prioritas utama untuk melindungi stabilitas dan kenyamanan masyarakat,” kata pria yang juga Direktur Direktorat Sistem Informasi (DSI) Yayasan Perguruan 17 Agustus 1945 (YPTA) Surabaya, kepada suarasurabaya.net pada Selasa (5/11/2024).

Ancaman siber yang terus berkembang, kata dia, menunjukkan bahwa saat ini perlu pendekatan keamanan digital yang efektif, yakni dengan struktur organisasi yang kuat dan terkoordinasi, terutama di unit siber kepolisian yang berperan strategis dalam menjaga keamanan digital.

Ia mengatakan, struktur organisasi yang kokoh di unit siber, akan memastikan keamanan lebih optimal. Struktur yang solid memberikan fondasi untuk pembagian tugas yang jelas, pemantauan risiko yang terarah, dan kemampuan untuk merespons insiden dengan cepat.

“Tanpa struktur yang terorganisasi dengan baik. penanganan ancaman akan rentan terhadap ketidakefisienan dan kesalahan,” ucapnya.

Lebih lanjut, ia menegaskan, bahwa keamanan digital bukan hanya soal teknologi, tetapi juga menyangkut kebijakan, manajemen risiko, dan kompetensi sumber daya manusia. Struktur organisasi yang kuat menurutnya, memungkinkan unit siber untuk mengintegrasikan kebijakan keamanan, pengembangan teknologi terbaru, serta pelatihan intensif bagi personel yang bertugas.

“Dengan adanya pembagian peran yang terstruktur, setiap unit dapat bergerak sesuai fungsinya, tanpa tumpang tindih atau kehilangan fokus,” ucapnya.

Unit siber kepolisian, termasuk yang ada di Polda Jatim, kata dia, membutuhkan personel yang memiliki keterampilan teknis khusus, seperti forensik digital, analisis ancaman siber, dan manajemen sistem informasi. Upaya yang bisa dilakukan, salah satunya juga dengan pelatihan berkesinambungan.

Selain kebijakan dan SDM yang mumpuni, unit siber juga membutuhkan infrastruktur teknologi informasi (TI) yang kuat, karena teknologi mutakhir membuat sistem deteksi dini lebih efektif, sehingga ancaman siber dapat diidentifikasi dan ditangani sebelum berkembang menjadi insiden yang serius.

Keberhasilan dalam menjaga keamanan digital, kata dia, tidak bisa dicapai oleh satu pihak saja. Melainkan, butuh kolaborasi yang erat antara unit cyber, pemerintah, organisasi komunitas siber, dan sektor swasta untuk membangun ekosistem keamanan yang menyeluruh.

“Dengan struktur organisasi yang kuat, personel terlatih, dan teknologi yang memadai, Unit Siber Polda, akan memiliki kemampuan lebih besar untuk menghadapi ancaman siber yang semakin kompleks. Melalui kolaborasi dan komitmen bersama, kita dapat membangun ruang digital yang lebih aman, nyaman, dan terlindungi bagi masyarakat Indonesia,” pungkasnya.(ris/iss)

Berita Terkait

Surabaya
Selasa, 5 November 2024
30o
Kurs