Tren perjalanan pelancong generasi milenial dan gen Z cenderung berubah dan berbondong-bondong ke tempat wisata yang kurang dieksplor dan terpencil.
Dilansir Antara dari Hindustan Times, Senin (4/11/2024), Rikant Pittie Co-Founder EaseMyTrip, mengungkapkan, tren ini didorong oleh keinginan untuk mendapatkan pengalaman unik yang menawarkan hubungan yang lebih dalam dengan budaya, alam, dan masyarakat suatu wilayah, jauh dari tempat-tempat umum yang penuh sesak.
“Wisata berkelanjutan tentunya semakin diminati, dengan semakin banyaknya wisatawan yang memilih akomodasi ramah lingkungan, memilih aktivitas berdampak rendah, dan mendukung ekonomi lokal. Pergeseran ini mencerminkan kesadaran yang lebih luas akan dampak lingkungan dan sosial dari pariwisata, serta komitmen untuk melestarikan keindahan alam dan warisan budaya dari destinasi yang mereka kunjungi,” ucapnya.
Sementara destinasi wisata baru yang diminati menurut Vinay Bagri, CEO dan Co-Founder Niyo yakni Indonesia, Vietnam, Georgia, Filipina, dan Malaysia yang semakin populer di kalangan Gen Z dan Milenial dengan peningkatan pengeluaran sebesar 20 persen dalam kelompok usia 18-24 tahun. Hal itu didorong oleh semakin populernya destinasi-destinasi yang tidak biasa.
Pergeseran minat ini juga dipengaruhi musim dari negara-negara empat musim. Seperti negara Asia Tenggara mengalami peningkatan popularitas selama musim dingin dan musim semi, sementara destinasi seperti Eropa dan Asia Tengah lebih diminati selama musim panas dan musim gugur.
Bagri juga mengatakan generasi milenial masih mengalokasikan porsi pengeluaran mereka yang lebih besar ke destinasi tradisional dibandingkan dengan destinasi yang tidak biasa, sedangkan Gen Z cenderung menghabiskan proporsi yang lebih tinggi pada destinasi yang tidak biasa.
Selain itu, Pittie mengatakan teknologi juga memainkan peran penting dalam transformasi ini. Maraknya alat perencanaan perjalanan berbasis AI, rekomendasi yang dipersonalisasi, dan pratinjau realitas virtual memungkinkan wisatawan menemukan dan merencanakan perjalanan ke destinasi yang kurang dikenal dengan mudah.
Selain itu, permintaan akan konektivitas dan kenyamanan yang lancar mendorong inovasi dalam aplikasi dan platform perjalanan, yang memudahkan wisatawan menjelajahi wilayah yang tidak dikenal, mengakses layanan lokal, dan membuat keputusan yang tepat saat bepergian.
“Perjalanan berbasis minat dengan bantuan OTA merupakan tren lain yang sedang berkembang, dengan wisatawan semakin banyak mengatur perjalanan mereka berdasarkan minat tertentu, baik itu pengalaman kuliner, seni, olahraga petualangan, atau retret kesehatan,” ujar Pittie.
Pendekatan khusus untuk perjalanan ini tidak hanya memperkaya pengalaman secara keseluruhan, tetapi juga membuka destinasi baru yang secara khusus melayani minat ini. (ant/nis/bil/ham)