Dedik Irianto Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Surabaya meminta peserta Surabaya Bergerak Jilid 2 fokus mengangkat sedimentasi di saluran tersier.
Hal tersebut disampaikan Dedik saat onair dalam program Semanggi Suroboyo Radio Suara Surabaya, Jumat (1/11/2024), bersama Syamsul Hariadi Kepala Dinas Sumber Daya Air dan Bina Marga (SDABM) dan Maria Agustin Yuristina Camat Wonokromo.
Dedik kembali menjelaskan bahwa konsep utama Surabaya Bergerak Jilid 2 adalah untuk mengatasi banjir. Sehingga pembersihan saluran air menjadi program utamanya.
“Dalam perkembangannya, program Surabaya Bergerak Jilid 2 ini kian masif di masyarakat. Artinya, memang bagus karena semangat masyarakat dalam membersihkan lingkungannya juga tinggi. Tapi jangan lupa fokus utama program ini adalah membersihkan saluran air, dengan mengangkat sedimen di dalam selokan,” terangnya.
Syamsul menambahkan, ketika warga melakukan pengerukan sedimen, potensi banjir yang menggenang di pemukiman warga akan berpindah ke dalam saluran.
“Karena polanya adalah, saat sedimen diangkat dari saluran, maka tempat itu akan kosong dan siap diisi oleh air hujan. Ketika air hujan mengisi saluran tersier, maka dia tidak akan menggenang di jalan,” ungkap Syamsul.
Ajakan Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya terhadap warga untuk melakukan kerja bakti bersama, karena dalam menjaga kebersihan lingkungan bukan hanya menjadi tanggung jawab pemerintah, tapi juga warga.
“Kalau soal saluran tersier yang berada di lingkungan rumah warga, itu memang bukan tanggung jawab pemerintah, melainkan warga itu sendiri,” lanjutnya.
Karena, kata Syamsul, sesuai dengan kewenangan dari SDABM, saluran yang tingginya kurang dari satu meter atau saluran tersier merupakan tanggung jawab warga.
“Pemerintah hanya berupaya melakukan kolaborasi dengan warga untuk meningkatkan community power dalam pengendalian banjir. Contohnya seperti Surabaya Bergerak Jilid 2 ini. Pemkot hadir membantu warga sesuai kebutuhan seperti, membantu pengangkutan atau penyediaan glangsing,” jelas Syamsul.
Syamsul juga kembali meminta kejujuran warga terkait hasil kerja bakti yang akan diangkut oleh petugas, setelah pelaksanaan kerja bakti.
Karena, Syamsul mengaku beberapa kali mendapat keluhan terkait pengangkutan hasil kerja bakti.
“Kadang warga tidak jujur hasil kerja bakti itu berupa sedimen atau sampah. Maksud saya, kalau sedimen, bilang saja sedimen. Atau kalau sampah, bilang saja sampah. Karena kami harus pisahkan dua jenis itu,” katanya.
Menanggapi jawaban Syamsul, Dedik mengungkapkan bahwa Surabaya telah memiliki TPS 3R di 10 lokasi dan 27 rumah kompos dengan kapasitas besar.
“Pentingnya memisahkan hasil kerja bakti ini karena tujuan pembuangannya beda. Kalau sedimen biasanya akan kami buat kompos. Sementara hasil lainnya bisa saja masuk ke TPS 3R,” tutur Dedik.
Sementara itu, Maria Agustin Yuristina Camat Wonokromo mengaku merasakan betul efek dari program Surabaya Bergerak Jilid 2.
“Program ini memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kesadaran masyarakat dalan menjaga lingkungan. Salah satunya dalam mengurangi genangan yang ada,” ungkapnya.
Maria juga mengapresiasi kinerja Pemkot Surabaya, yang secara aktif ikut turun ke masyarakat dalam program pembersihan ini.
“Warga sebenarnya sudah terbiasa melakukan kerja bakti, tapi pada tahun ini Pemkot Surabaya turut aktif menjemput bola. Salah satunya dengan pengangkutan cepat dan tepat di area yang melakukan kerja bakti,” tandasnya.(kir/ipg)